tag:blogger.com,1999:blog-58329594683102076342024-02-19T22:47:14.224+07:00Hotel La FasaJl. Raya Jatinangor No.54 (depan IPDN)
Telepon / Fax (022) 7781515
Jatinangor - 45363
SumedangUnknownnoreply@blogger.comBlogger40125tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-19345458122262644752012-02-25T18:50:00.000+07:002015-05-24T15:52:42.657+07:00Objek Bersejarah di Jatinangor<br />
<br />
Objek bersejarah di Jatinangor berupa menara jam di lingkungan kampus ITB (sebelum tahun 2011 merupakan kampus UNWIM) dan Jembatan Cikuda yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jembatan Cincin.<br />
<br />
Menara jam yang oleh masyarakat sekitar sering disebut dengan nama Menara Loji dibangun sekira tahun 1800-an. Menara tersebut pada mulanya berfungsi sebagai sirene yang berbunyi pada waktu-waktu tertentu sebagai penanda kegiatan yang berlangsung di perkebunan karet milik W. A. Baud. Bangunan bergaya neo-gothic ini dulunya berbunyi tiga kali dalam sehari. Pertama, pukul 05.00 sebagai penanda untuk mulai menyadap karet; pukul 10.00 sebagai penanda untuk mengumpulkan mangkok-mangkok getah karet; dan terakhir pukul 14.00 sebagai penanda berakhirnya kegiatan produksi karet.<br />
Sekira tahun 1980-an lonceng Menara Loji dicuri dan hingga kini kasusnya masih belum jelas; baik mengenai pencurinya, apa motifnya, dan bagaimana tindak lanjut dari pihak berwenang. Bahkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang pun – selaku pihak yang seharusnya mengawasi pemeliharaan cagar budaya – tidak tahu-menahu mengenai kelanjutan kisah pencurian itu. Saat ini Menara Loji nampak tidak terurus. Perawatan terakhir menara ini berupa pengecatan ulang yang dilakukan oleh pihak Rumah Tangga UNWIM pada tahun 2000.<br />
<br />
Jembatan di Cikuda yang sering disebut dengan nama Jembatan Cincin pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api yang bernama Staat Spoorwegen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918 dan berguna untuk membawa hasil perkebunan. Pada masanya jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat dan setiap pagi hari hasil bumi dari Tanjungsari dibawa melalui jembatan ini untuk dijual di Rancaekek. Rutinitas itu berjalan terus sampai kemudian pada Perang Dunia II tentara Jepang mengangkut besi-besi rel untuk dilebur menjadi persenjataan perang.<br />
<br />
Sebagaimana halnya dengan Menara Loji, tidak ada satupun instansi yang mau menangani perawatan jembatan bersejarah ini. Baik Pemda Sumedang maupun PT KAI (Kereta Api Indonesia) – dua pihak yang cukup berkepentingan dengan Jembatan Cincin – menyatakan bahwa pemeliharaan Jembatan Cincin tidak termasuk dalam tanggungjawabnya. Menurut PT KAI, jembatan ini tidak pernah diperbaiki karena sudah tidak digunakan lagi. Sedangkan menurut Dinas Budaya dan Pariwisata Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, perawatan bangunan bersejarah tidak termasuk dalam tanggung jawab dinas tersebut karena dinas ini hanya bertugas memperhatikan dan membina nilai-nilai budaya.<br />
<br />
Selain itu, Jalan Raya Jatinangor sepanjang 4,83 km yang menghubungkan Bandung dengan Sumedang merupakan penggalan dari De Groote Postweg (Jalan Raya Pos) yang dibuat pada tahun 1808 dengan perintah dari Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Timur.Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-6129771928114559462012-02-25T18:48:00.002+07:002012-02-25T18:51:59.398+07:00Pendidikan di Jatinangor<br />
<br />
Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan di Jawa Barat. Pencitraan ini merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu :<br />
1. Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.<br />
2. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi. Sebelumnya institut ini bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).<br />
3. Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN) di Desa Cibeusi.<br />
4. Institut Teknologi Bandung (ITB) di Desa Sayang. Sebelumnya kompleks Kampus ITB Jatinangor merupakan kompleks Kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM).<br />
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.<br />
<div>
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-19389731981924570752012-02-25T18:47:00.002+07:002012-02-25T18:51:28.018+07:00Jatinangor, Sumedang<br />
<div style="text-align: justify;">
Jatinangor adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an. Sebelumnya, kecamatan ini bernama Cikeruh. Nama Jatinangor sendiri adalah nama blok perkebunan di kaki Gunung Manglayang yang kemudian dijadikan kompleks kampus sejumlah perguruan tinggi di sana. Dari Topografische Kaart Blaad L.XXV tahun 1908 dan Blaad H.XXV tahun 1909 yang diterbitkan oleh Topografische Dienst van Nederlands Oost Indie, telah dijumpai nama Jatinangor di tempat yang sekarang juga bernama Jatinangor. Ketika itu, daerah Jatinangor termasuk ke dalam Afdeeling Soemedang,District Tandjoengsari (EYD : Tanjungsari). Nama Cikeruh sendiri diambil dari sungai (Ci Keruh) yang melintasi kecamatan tersebut. Pada Peta Rupabumi Digital Indonesia No. 1209-301 Edisi I tahun 2001 Lembar Cicalengka yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL masih dijumpai nama Kecamatan Cikeruh untuk daerah yang saat ini dikenal sebagai Kecamatan Jatinangor. Pada beberapa dokumen resmi dan setengah resmi saat ini, masih digunakan nama Kecamatan Cikeruh. Kecamatan ini terletak pada koordinat 107o 45’ 8,5” – 107o 48’ 11,0” BT dan 6o 53’ 43,3” – 6o 57’ 41,0” LS. Kode pos untuk kecamatan ini adalah 45363 dan kode area untuk telepon adalah 022.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-6138074059242154772011-02-10T14:52:00.001+07:002011-02-10T14:56:54.989+07:00Air Terjun Curug Cimahi (Bandung)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/01/0768225ac2f986da56164ed0561e6fc8.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 482px; height: 320px;" src="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/01/0768225ac2f986da56164ed0561e6fc8.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/01/6292b19af079b7da46566befa7b825f1.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 483px; height: 644px;" src="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/01/6292b19af079b7da46566befa7b825f1.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/01/3c41fc4401dd5640805e89a3e5b29a78.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 480px; height: 640px;" src="http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/01/3c41fc4401dd5640805e89a3e5b29a78.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><p><br /></p><p>Curug Cimahi terletak sekitar 10 km di Utara Kota Bandung, tepatnya di kota Cimahi bisa anda temui setelah melalui jalan Sersan Bajuri ke arah Universitas Advent Indonesia menuju ke terminal Parongpong. Nama Curug Cimahi diambil dari nama kali Cimahi yang tak jauh dari curug. Untuk menuju lokasi air terjun Curug Cimahi, kita harus melewati ratusan anak tangga. Selama anda melewati anak tangga tersebut menyusuri jalanan menurun yang dikelilingi oleh pepohonan, sesekali anda akan dikejutkan dengan lompatan monyet yang mungkin juga mendekati anda.</p> <p class="MsoNormal">Tenang saja, monyet-monyet ini tidak buas. Mereka<span> </span>cukup jinak, mareka hanya menantikan <span> </span>para pengunjung memberikan makanan. <span> </span></p> <p class="MsoNormal">Cukup melelahkan memang ketika kita melewati ratusan anak tangga tersebut. Tetapi, jangan khawatir karena semua kelelahan akan sirna ketika anda melihat air terjun yang tingginya sekitar 75m buatan Sang Mahakuasa itu.</p> <p class="MsoNormal">Suara alam dan desiran angin cukup menambah kesejukkan objek wisata ini. Karena besar dan derasnya air terjun Curug Cimahi ini, anda dapat merasakan percikan airnya dari kejauhan. Suasana dingin di lokasi ini mungkin bisa saja akan membuat anda menjadi lapar. Tak perlu risau, karena di pinggiran air terjun tersedia juga beberapa warung yang menjual makanan dan juga pengelola objek wisata inimenyediakan saung/pondok<span> </span>untuk tempat peristirahatan.</p> <p class="MsoNormal">Curug cimahi yang berlokasi di daerah Cisarua Bandung Barat ini, beroperasi setiap hari pada pukul 08.00 pagi – 17.00 sore. Tidak ada alasan untuk tidak pernah ke lokasi ini karena kebersihan Curug Cimahi yang dibuka menjadi Objek wisata sejak tahun 1980 ini masih sangat terjaga.</p>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-12934765064638749392010-01-16T08:21:00.002+07:002010-01-16T08:32:37.113+07:00Gua Jepang + Belanda di Lembang<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><img style="width: 384px; height: 245px;" alt="http://rizaldp.files.wordpress.com/2009/07/tahura.jpg" src="http://rizaldp.files.wordpress.com/2009/07/tahura.jpg" /><br /><br /><img src="file:///C:/Users/Maulana/AppData/Local/Temp/moz-screenshot-3.png" alt="" /><img src="file:///C:/Users/Maulana/AppData/Local/Temp/moz-screenshot-4.png" alt="" /><img src="file:///C:/Users/Maulana/AppData/Local/Temp/moz-screenshot-5.png" alt="" /><a id="zoomedLink" href="javascript:void(0);" title="Click to zoom out." class="menuTrigger hover"> <img style="width: 380px; height: 238px;" id="fullImage" src="http://i443.photobucket.com/albums/qq158/kickdavid/gallery/dago_maribaya/guajepun00.jpg" alt="guajepun00.jpg image by kickdavid" galleryimg="no" /> </a><br /><br /><img alt="http://menujuwisataku.co.cc/wp-content/uploads/2009/03/gua-jepang-300x225.jpg" src="http://menujuwisataku.co.cc/wp-content/uploads/2009/03/gua-jepang-300x225.jpg" /><br /><img src="file:///C:/Users/Maulana/AppData/Local/Temp/moz-screenshot-6.png" alt="" /><br /></div><br />Berada didalam Taman Hutan Ir. Juanda - Bandung, terdapat dua buah gua bersejarah. Dua buah gua yang hanya terpisahkan jarak kurang lebih 400 meter tersebut memiliki nama yang disesuaikan dengan negara penjajah yang berkuasa saat gua tersebut di bangun. Gua Belanda yang dibangun pada tahun 1918 memiliki umur yang sedikit lebih tua dibandingkan "adik"-nya Gua Jepang yang baru dibangun pada tahun 1942.<br /><br />Gelap dan lembap mendominasi suasana di kedua gua tersebut. Ukuran gua yang cukup besar ditambah dengan lorong-lorong ventilasi udara di beberapa sudut, mengakibatkan suasana didalam gua tidaklah pengab. Namun lorong-lorong panjang dan banyaknya persimpangan didalam gua tersebut cukup membingungkan bagi mereka yang pertamakali memasuki gua tersebut. Pada Gua Belanda sebenarnya sudah terdapat instalasi penerangan pada bagian tengah atas gua. Sayang sekali fasilitas tersebut tidak lagi berfungsi dengan baik,<br /> <br /> <br />atau mungkin memang sengaja tidak diaktifkan untuk memberi peluang pada penduduk sekitar menawarkan jasa penyewaan lampu senter. Untunglah kami membawa head lamp (lampu senter yang terikat dikepala) sehingga praktis kebutuhan akan penerangan sebenarnya bukan suatu masalah lagi, namun menikmati gua tanpa tahu cerita dibaliknya akan menjadikan wisata kali ini kurang menarik. Tanpa pikir panjang kamipun langsung meng-iya-kan saat salah seorang penduduk menawarkan jasa untuk memandu kami.<br /><br />Berbagai cerita mengalir dari mulut pemandu kami. Penjelasan fungsi dari tiap-tiap sudut gua yang kami kunjungi mengalir dengan lancar. Disalah satu tempat dari gua Belanda, dengan nada bangga pemandu kami menjelaskan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi yang pernah digunakan sebuah acara stasiun telivisi swasta untuk uji keberanian.<br /> <br /> <br /><br />"Banyak yang kesurupan pak, bahkan ada pula pengunjung yang berhasil memotret penampakan mahluk halus di tempat ini", ujarnya. Penasaran akan cerita tersebut, saya putuskan untuk ikut memotret lokasinya, dengan harapan mungkin ada yang mau mejeng dan bisa di share unutk pengunjung situs navigasi.net. Sayang sekali, hasil pemotretan yang ada sama sekali tidak memeberikan hasil seperti yang diharapkan. Mungkin 'para penghuni' gua ini udah capek berpose untuk publikasi umum.<br /><br />Didalam Gua Belanda masih bisa ditemui lokasi penempatan radio pemancar kuno. Pada salah satu lorong gua juga terdapat rel kereta/lori yang berada di lantai gua. Konon gua ini dulunya digunakan sebagai markas militer, penjara, tempat penyimpanan senjata dan juga tempat pembangkit listrik tenaga air. Sebuah relung gua kecil tak jauh dari gua utama dan terletak sedikit diatasnya, dulunya digunakan sebagai tempat pos jaga.<br /><br />Adapun Gua Jepang sendiri, berlokasi kurang lebih 150 meter dari Gua Belanda. Agak sedikit membingungkan mengapa bangsa jepang bersusah payah membangun sebuah gua lagi dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari gua Belanda. Pemandu kami-pun tidak bisa memberikan jawaban yang pasti akan alasan mengapa hal ini terjadi.<br /> <br /><br /><br />Berbeda dengan Gua Belanda yang telah mengalami renovasi di beberapa bagiannya, Gua Jepang masih memiliki struktur bangunan seperti asalnya. Dinding-dinding gua dari batu karang yang keras masih belum dilapisi dengan semen seperti apa yang terjadi pada gua belanda. Di dalam gua ini juga tidak terdapat instalasi penerangan. Sepertinya gua ini belum selesai sepenuhnya semenjak dibuat tahun 1942. Bukan hal yang aneh, melihat dinding gua yang keras pastilah membutuhkan waktu yang lama untuk membikin gua selebar dan seluas itu. Terlebih pada saat itu alat yang digunakan untuk membuat gua masih berupa alat-alat tradisional semacam linggis dan cangkul yang tentunya dibutuhkan pekerja dalam jumlah yang banyak sekali.<br /><br />Kedua gua tersebut memang merupakan bagian saksi sejarah yang mewarnai perjuangan bangsa Indonesia. Telah banyak korban yang berjatuhan untuk membangun kedua gua tersebut. Keberadaan kedua gua tersebut nampaknya pantas menjadi bukti masa lalu yang coba mengingatkan bahwa bagaimanapun juga perang ataupun penjajahan adalah salah satu bentuk karya manusia untuk menghancurkan dirinya sendiri, suatu hal yang sebaiknya tidak boleh terjadi lagi di masa-masa mendatang.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-90775994920660320902009-11-14T07:54:00.001+07:002009-11-14T07:59:26.657+07:00Mutun Beach in Lampung Selatan<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i347.photobucket.com/albums/p463/lampung_gech/palm.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://i347.photobucket.com/albums/p463/lampung_gech/palm.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://kfk.kompas.com/system/files/imagecache/sfk_preview_600x600/Mutun_Beach.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 384px; height: 261px;" src="http://kfk.kompas.com/system/files/imagecache/sfk_preview_600x600/Mutun_Beach.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://muhtadi71.files.wordpress.com/2008/09/pantai_mutun_lampung.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://muhtadi71.files.wordpress.com/2008/09/pantai_mutun_lampung.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://muhtadi71.files.wordpress.com/2008/09/pantai_mutun_lampung2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 236px;" src="http://muhtadi71.files.wordpress.com/2008/09/pantai_mutun_lampung2.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Pantai ? Yah, pantai merupakan salah satu tujuan pariwisata di Propinsi Lampung selain objek wisata Way Kambas yang cukup kondang dengan penangkaran gajahnya. Biasanya kalau kita ingin mengunjungi wisata pantai di Lampung, selalu direkomendasikan untuk mengunjungi pantai Kalianda dan Pasir Putih. Kedua objek wisata pantai tersebut memang sudah cukup terkenal dan selalu menjadi target utama yang akan dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Lampung. Namun sebenarnya Lampung memiliki banyak potensi wisata yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan pantai Kalianda dan Pasir Putih.<br /><br />Jika kita menyusuri jalur yang menuju ke Padang Cermin atau tempat latihan angkatan laut, maka selama perjalanan tersebut kita bisa menemui beberapa pantai yang layak dikunjungi, salah satunya Pantai Mutun. Pantai ini letaknya kurang lebih 25 km arah barat daya dari kota Bandar Lampung. Kondisi jalan menuju lokasi, masih berupa aspal mulus dan sepanjang perjalanan tersaji pemandangan yang cukup indah untuk dinikmati. Letak pantai ini sendiri berada di sebelah kiri dari jalan utama, sebuah papan penunjuk objek wisata bertuliskan "Pantai Mutun 1km" yang dibuat ala kadarnya dari sebuah papan triplek, merupakan satu-satunya penunjuk jalan menuju lokasi pantai.<br /><br /><br />Mungkin karena belum terlalu dipublikasi maka jalan masuk ke pantai ini belumlah bagus. Jalan yang ada terbuat dari tanah dengan batu-batuan kasar yang tidak menutup kemungkinan saat terjadi hujan akan menyajikan kubangan-kubangan air disana sini. Untungnya, jalan rusak ini tidak terlalu jauh yakni hanya kira-kira sekitar 1 km dari jalan utama. Untuk masuk ke Pantai Mutun dikenakan biaya sebesar Rp. 2500,- per orang dan Rp. 5000,- untuk mobil, yang boleh dibilang masih cukup murah sebagai uang tiket tempat wisata.<br /><br />Hamparan pantai berpasri putih dengan laut biru berombak tenang tampak mendominasi objek wisata ini. Suatu kombinasi warna yang jarang bahakan sulit ditemui dipantai-pantai pulau jawa terlebih di jakarta. Di pantai ini, oleh penduduk setempat juga disediakan tempat-tempat yang bisa disewa untuk istirahat, tetapi bagi yang berniat untuk berenang atau mandi dilaut, penulis menyarankan untuk menyeberang ke pulau kecil yang ada diseberang pantai, pulau tersebut bernama Pulau Tangkil. Untuk menyeberang ke pulau tersebut banyak tersedia perahu-perahu yang siap mengantarkan kita, cukup dengan uang Rp. 2000,- kita akan diantarkan pulang pergi kepulau tersebut. Jangan lupa untuk membikin janji dengan yang punya perahu kapan kita ingin dijemput.<br /><br />Selain Pantai Mutun, ada juga Pantai Kelara (Kelapa Rapat) letaknya kurang lebih 10 Km dari Mutun, sayangnya air di pantai ini tidak terlalu jernih namun karena dilokasi ini banyak pohon kelapa maka cukup nyaman digunakan sebagai tempat beristirahat.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-18302539573259740682009-11-14T07:47:00.003+07:002009-11-14T07:55:51.086+07:00Benteng Pendem Cilacap<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.jawatengah.go.id/potensi/images/benteng_pendem.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 279px; height: 144px;" src="http://www.jawatengah.go.id/potensi/images/benteng_pendem.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i218.photobucket.com/albums/cc266/neoneoneo/fotofoto/Abentengpendem.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://i218.photobucket.com/albums/cc266/neoneoneo/fotofoto/Abentengpendem.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://pwk.undip.ac.id/s2/diknas-mtpwk/Andi%20Cahyono/10-Benteng_Pendem.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 250px; height: 154px;" src="http://pwk.undip.ac.id/s2/diknas-mtpwk/Andi%20Cahyono/10-Benteng_Pendem.gif" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://sangkanparan.files.wordpress.com/2007/05/benteng1.jpg?w=394&h=303"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 394px; height: 294px;" src="http://sangkanparan.files.wordpress.com/2007/05/benteng1.jpg?w=394&h=303" alt="" border="0" /></a>wah untung saja kita tidak merasakan seramnya dan menakutkannya berada di dalam benteng tersebut, berterimakasihlah kepada pejuang-pejuang kita, dengan perlawanan mereka, akirnya kita bisa bebas dari penjajahan. MERDEKA !!<br /><br /><div style="text-align: justify;">Kalau ada orang bertanya, tempat apa yang menarik untuk dikunjungi ketika berkunjung ke Cilacap ? selain Nusakambangan, Teluk Penyu yaitu Benteng Pendem. Benteng yang terletak di salah satu sudut kota Cilacap ini sangatlah menarik dan mudah untuk dikunjungi.<br /><br />Hanya bertanya sekali saja ketika memasuki Kota Cilacap kami sudah bisa menemukan lokasi Benteng Pendem. Letaknya yang bersebelahan persis dengan Teluk Penyu, semua penduduk pasti tahu lokasi benteng ini. Setelah berkeliling-keliling kota Cilacap, kami mencoba berspekulasi untuk ke Benteng Pendem apakah masih buka atau tidak. Ternyata ketika kami sampai disana jam empat sore, masih terlihat petugas dan mengatakan kalau waktu berkunjung sampai dengan jam enam sore.<br /><br />Benteng yang dibangun oleh Belanda antara tahun 1861-1879 M ini memilki luas asli 10.5 hektare. Namun ternyata sejumlah 4 hektare diambil oleh pertamina untuk pembangunan salah satu fasilitasnya didaerah tersebut. Benteng ini sempet terpendam tanah beberapa waktu lamanya, sebelum akhirnya ditemukan pada tahun 1986 dan mulai digali pada tahun 1987. Semenjak itu benteng ini dibuka untuk para pengunjung dan para peneliti yang ingin berkunjung ke benteng ini.<br /><br /><br />Karena sore itu langit mendung dan suasana sore yang mulai temaram, membuat suasana khas benteng kuno yang gagah, misterius, seram dan indah bercampur aduk jadi satu. Pak Slamet, salah satu penjaga benteng pun mengantar kami untuk berkeliling-keliling benteng ini. Barak pertama yang kami jumpai adalah barak peristirahatan para pekerja paksa yang sudah bekerja di siang hari dan malam harinya tidur di barak ini. Barak yang berbentuk setengah lingkaran ini memang unik dan indah, karena bentuk kunonya serta disekitar lokasi nampak terawat dengan baik.<br /><br />Setelah barak peristirahatan masuk ke dalam lagi adalah tempat meriam, dengan lubang-lubang meriamnya kea rah laut siap untuk menyerang musuh yang datang. Sedangkan meriam-meriamnya sendiri sudah tidak ada, entah diambil oleh orang Belandanya sendiri atau oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Diseberang tempat meriam adalah ruang klinik, adalah ruang pengobatan buat para pekerja yang mengalami sakit.<br /><br /><br />Masih searah dengan dengan ruang klinik adalah ruang dapur dan ruang penjara. Keunikan lain dari benteng ini adalah, dulunya kapal bisa langsung masuk ke dalam benteng ini, terbukti dengan adanya sungai buatan yang langsung tembus ke laut lepas. Setelah lelah berkeliling-keliling di Benteng Pendem, kita bisa beristirahat di Teluk Penyu.<br /><br />Teluk Penyu<br /><br />Dari namanya pasti kita akan berfikir kalau teluk ini adalah markasnya penyu, ternyata sekarang ini kita sudah tidak bisa menemukan penyu di pantai ini. Ini semua karena habitat teluk penyu telah berubah menjadi pelabuhan bagi para nelayan setempat untuk menyimpan perahunya. Selain itu warung-warung seafood pun banyak berdiri di sepanjang pantai ini. Sehingga kita bisa menikmati sunset di pantai ini sambil menikmati lezatnya makanan laut ang disediakan oleh warung-warung di sepanjang pantai.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-21102156918478798732009-11-14T07:35:00.002+07:002009-11-14T07:42:49.109+07:00<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.mfda.web.id/files/Image/Museums%20Around%20Jakarta/Picture54.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 254px;" src="http://www.mfda.web.id/files/Image/Museums%20Around%20Jakarta/Picture54.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/patterns_%28design_elements%29/desi/2006/jiunkpe-ns-patterns_%28design_elements%29-2006-41405045-3929-batik_pekalongan-resource1-preview.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px; height: 300px;" src="http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/patterns_%28design_elements%29/desi/2006/jiunkpe-ns-patterns_%28design_elements%29-2006-41405045-3929-batik_pekalongan-resource1-preview.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9u8vennLcvHy5nJPdOXMyD6yzEnDMA73siQWoqMVTv_KDRDOaSwRSb568flnxRl21Wj2eN5bpep9MpdVhMp2FnXSt7ezIBYGnxnI5IbbGAOMZ9voXelEp0xe2CzELecV5GlBrZJ9SXEua/s320/M91_184_24side1.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 304px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9u8vennLcvHy5nJPdOXMyD6yzEnDMA73siQWoqMVTv_KDRDOaSwRSb568flnxRl21Wj2eN5bpep9MpdVhMp2FnXSt7ezIBYGnxnI5IbbGAOMZ9voXelEp0xe2CzELecV5GlBrZJ9SXEua/s320/M91_184_24side1.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.koki-kolomkita.com/upload/photo/1vera7.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 331px; height: 447px;" src="http://www.koki-kolomkita.com/upload/photo/1vera7.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://batikpekalongan.files.wordpress.com/2007/11/tiganegeri-textilearts.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 385px;" src="http://batikpekalongan.files.wordpress.com/2007/11/tiganegeri-textilearts.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify; font-family: georgia;"><span style="font-size:100%;">Batik Pesisir adalah salah satu motif batik tulis khas Pekalongan yang telah dikembangkan dan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan dan permintaan konsumen. Pengrajin Batik Pesisir terkonsentrasi didesa Kemplong, Wiradesa, tepatnya belok kanan (dari arah Jakarta) dipersimpangan Wiradesa.<br /><br />Proses pembuatan Batik Pesisir bervariasi, berkisar antara 1 sampai 6 bulan, tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksnya komposisi warna. Hargapun bervariasi antara Rp 1 juta sampai Rp 6 Juta.<br /><br />Atas kebaikan sdr Taufik Hidayat, Koordinator Pemasaran batik dari Toko/Butik Batik “Failasuf”, saya mengunjungi sentra pengrajin Batik Pesisir didesa-Kemplong.<br /><br />Proses pembuatan batik dimulai dengan bahan baku. Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat Batik Pesisir ada 2, yaitu: Mori Katun - Rayon (Polyester) - Sutra.<br /><br />Bahan baku ini dicuci dengan memasukkan bahan-bahan tersebut kedalam tungku air panas, untuk menghilangkan bahan-bahan kimia (auxillaries) yang dipergunakan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.<br /><br /><br />Setelah proses ini dilakukan pengeringan dan pelurusan, bahan ini dikirim kebagian pola, untuk digambarkan pola/designnya.<br /><br />Setelah diberikan pola/design sesuai dengan rencana produksi, maka bahan Batik Pesisir yang telah berdesign itu dikirimkan kebagian pengrajin batik tulis.<br /><br />Proses pembuatan batik memang rumit, dengan beberapa kali proses pewarnaan pola/design, dimana setiap pemberian warna tertentu, bagian lainnya harus ditutup dengan wax (malam) supaya tidak terwarnai. Proses pewarnaan ini bisa sampai sepuluh kali, bahkan lebih, sesuai dengan tingkat kesulitan maupun pola/design warnanya.<br /><br /><br />Dapat dilihat pada gambar diatas, proses pewarnaan dan cara memegang “canting” yang bervariasi, sebagaimana setiap orang berbeda dalam hal menulis dengan tangan.<br /><br />Proses canting ini juga unik, dimana setiap memulai “penulisan” pada pola/design dengan menggunakan wax (malam), ujung canting harus ditiup untuk mendorong “buble” udara yang bisa memblok alur/jalannya wax melalui ujung canting tersebut.<br /><br />Disamping design yang tradisional, batik Pesisir mempunyai beberapa design yang disukai sejak dulu, yaitu design Belanda, Cina dan Jepang.<br /><br />Para pengrajin mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 9.000.- per hari dan banyak diantara mereka yang “drop-out” SMP. Meski demikian, mereka nampaknya gembira dan senyum selalu.</span></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-35522515117984572772009-11-13T06:51:00.000+07:002009-11-13T06:55:18.964+07:00Pantai Tambakrejo<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.panoramio.com/photos/original/22839520.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 382px; height: 286px;" src="http://www.panoramio.com/photos/original/22839520.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm4.static.flickr.com/3319/3529884737_a30cffdd40.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 382px; height: 286px;" src="http://farm4.static.flickr.com/3319/3529884737_a30cffdd40.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://meryna.web.id/wp-content/uploads/2009/05/tambakrejo-2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://meryna.web.id/wp-content/uploads/2009/05/tambakrejo-2.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://akuherman.blogdetik.com/files/2009/05/bgdetik6.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 377px; height: 282px;" src="http://akuherman.blogdetik.com/files/2009/05/bgdetik6.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify; font-family: georgia;"><span style="font-size:100%;">Pantainya lumayan bersih, air lautnya biru, pasirnya putih membentang berbentuk sebuah teluk dengan panjang kurang lebih sepuluh kilometer. Ombaknya pun tidak terlalu besar, sehingga bagi anda yang punya hobi mandi, bisa mandi sepuas-puasnya di pantai ini.<br /><br /><br />Adalah sebuah ketidaksengajaan ketika kami sampai ke Pantai Tambak Rejo. Ketika berada di tengah perjalanan dari arah Kediri ke Blitar ada papan petunjuk kearah Pantai Tambak Rejo, langsung saja kami membelokkan kendaraan menuju pantai tersebut. Agar yakin, kami berhenti sebentar untuk bertanya kepada orang di jalan, seberapa jauh jarak pantai tersebut dari jalan arteri. Orang tersebut mengatakan, hanya perlu waktu setengah jam dari sini untuk mencapai Pantai Tambak Rejo.<br /><br />Akhirnya kami teruskan perjalanan, mula-mula jalan yang kami lalui lebar dan datar, namun lama-lama jalanan yang kami lalui menyempit hanya cukup untuk satu mobil dan satu motor. Menjelang pantai, kami melalui bukit-bukit yang amat tandus, hutan-hutan jati yang meranggas daunnya dan bukit-bukit kapur yang kering. Melihat jarum jam, ternyata kami sudah hampir satu jam melewati jalan-jalan sempit tersebut, namun Pantai Tambak Rejo belum kelihatan juga.<br /><br />Lima belas menit kemudian, pintu gerbang pantai sudah kelihatan, dan beberapa petugas menghampiri. Ternyata waktu tempuh kami hampir satu jam lima belas menit dari jalan arteri Kediri-Blitar. Sebetulnya jarak tempuhnya hanya sekitar dua puluh tiga kilometer, namun kami tidak bisa memacu kendaraan dengan cepat karena jalan yang sempit dan banyaknya motor dari lawan arah yang kadang muncul tiba-tiba dari balik bukit.<br /><br />Tak jauh dari pintu masuk, kami sudah bisa melihat air laut yang biru dengan pasir putihnya. Langsung saja kami berputar-putar mengelilingi pantai dengan jalan kaki untuk merasakan butiran-butiran halus pasir pantai. Terlihat ada beberapa orang yang menyewakan ban untuk berenang, juga beberapa perahu yang siap mengantar kita berkeliling di sekitar pantai.<br /><br /><br />Karena ingin merasakan goyangan air laut, kami memilih naik perahu untuk menghilangkan penat selama perjalanan dengan kendaraan bermotor. Ongkos naik perahu hanya lima rubiah per orang, dimana kapasitas maksimal perahu adalah sepuluh orang. Setelah berkeliling beberapa saat, kami melewati Pasetran Gondo Mayit. Konon ceritanya, tempat ini adalah termasuk tempat keramat, dan banyak didatangi orang untuk sekedar melihat ataupun dengan maksud lainnya.<br /><br />Selesai naik perahu, kami sempatkan melihat-lihat tempat pelelangan ikan. Pada saat kami datang , ikan-ikan segarnya tinggal sedikit karena hari sudah siang. Bagi anda yang suka ikan segar bisa datang lebih pagi untuk menikmati seafood dan segarnya hawa pagi Pantai Tambak Rejo. Hari-hari biasa pantai ini sepi dari pengunjung, kecuali hari libur atau hari libur nasonal barulah pengunjung banyak yang datang.<br /><br />Tak ada salahnya bagi anda yang berkunjung ke Blitar menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Pantai Tambak Rejo. Walaupun minim fasilitas, berkunjung ke ekowisata pantai selalu mendatangkan pengalaman tersendiri.</span></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-5953380622838651702009-11-12T06:28:00.002+07:002009-11-12T06:46:59.108+07:00Teluk Kiluan Lampung<div style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: georgia;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://arsitan.files.wordpress.com/2009/08/kiluan-bay.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://arsitan.files.wordpress.com/2009/08/kiluan-bay.jpg" alt="" border="0" /></a></span><br /><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: georgia;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://matanews.com/wp-content/uploads/krui-lampung.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 219px;" src="http://matanews.com/wp-content/uploads/krui-lampung.jpg" alt="" border="0" /></a></span><br /><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: georgia;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://sigitsetiawan.files.wordpress.com/2007/04/batu-di-katilu-bag-2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 286px;" src="http://sigitsetiawan.files.wordpress.com/2007/04/batu-di-katilu-bag-2.jpg" alt="" border="0" /></a></span><br /><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: georgia;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i347.photobucket.com/albums/p463/lampung_gech/salah-satu-sudut-danau-ranau-lampun.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 284px;" src="http://i347.photobucket.com/albums/p463/lampung_gech/salah-satu-sudut-danau-ranau-lampun.jpg" alt="" border="0" /></a></span><br /><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: georgia;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i347.photobucket.com/albums/p463/lampung_gech/rocky.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 286px;" src="http://i347.photobucket.com/albums/p463/lampung_gech/rocky.jpg" alt="" border="0" /></a></span><br /><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: georgia;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://redredshoes.files.wordpress.com/2008/10/teluk-kiluan2.jpeg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://redredshoes.files.wordpress.com/2008/10/teluk-kiluan2.jpeg" alt="" border="0" /></a><span style="font-family: georgia;"><br />Di sore itu matahari mulai bergerak ke ufuk barat, semburat warna merahnya terlihat indah disela-sela pegunungan bukit barisan. Deru ombak lautan yang terdengar menderu-deru, sayup-sayup melemah ketika menyentuh putihnya pasir Teluk Kiluan. Dipadu dengan kicauan suara berbagai burung, betul-betul kita merasakan perpaduan antara jiwa dengan alam sekitar.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Kurang lebih membutuhkan waktu enam jam lamanya melalui jalan darat untuk mencapai Ekowisata Teluk Kiluan yang terletak di koordinat S5.749252 E105.192740 dari arah Pelabuhan Bakaehuni, atau kurang lebih sekitar 80 km dari Kota Bandar lampung. Dari Bakaeuhuni kita bisa mengikuti jalur lintas timur Sumatera sampai dengan pertigaan arah Pelabuhan Panjang. Kemudian ambil jalur Pelabuhan Panjang, terus ke arah Lempasing, Mutun dan diujung jalur ini kita akan ketemu Teluk Kiluan. Namun sebelum sampai ke teluk ini, perlu perjuangan ekstra keras, karena tidak semua jalur yang kita lalui beraspal.</span></span><br /><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Mulai memasuki daerah Lempasing, jalannya menyempit, berkelok-kelok dan naik turun. Kita harus ekstra hati-hati dalam mengendarai mobil ketika melalui jalur ini jika tak mau jatuh ke dalam jurang. Walaupun begitu, kita akan disuguhi pemandangan hijau hutan yang terletak di kanan kiri jalan yang menyejukkan mata. Sesekali akan terlihat lautan luas nan biru yang terlihat dari sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui. Tambak udang juga banyak terlihat di sisi kiri jalan yang langsung berhadapan dengan lautan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Sebelum memasuki desa terakhir dengan jalanan yang dapat dilalui dengan mobil, perkampungan khas Lampung dengan rumah panggungnya menjadi daya tarik tersendiri dalam perjalanan menuju Teluk Kiluan. Setelah itu barulah kita memasuki desa Bawang, dimana jalanan yang kita lalui berubah menjadi jalan tanah yang bergelombang dan berbatu-batu. Kemudian Perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek dikarenakan mobil tidak mungkin bisa melintas lagi. Mobil yang kita bawa pun terpaksa harus dititipkan di balai desa agar aman selama kita pergi ke Teluk Kiluan.Ternyata tidak sulit untuk menemukan tukang ojek di daerah ini, karena memang mereka sudah siap setiap waktu untuk mengantar tamu ke Kiluan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Menurut Mas Yanto, salah seorang pengojek, “ Yang lebih sering datang adalah orang Bule”. Jadi para pengojek malah lebih sering mengantar tamu bule. Saat saat naik ojek adalah saat yang mendebarkan sehingga memacu andrenalin kita, karena harus melalui jalanan yang yang naik turun sangat curam. Terkadang ada beberapa ruas dimana kita harus turun dari kendaraan agar motor yang kita kendarai bisa naik. Bayangkan saja, kita mesti melalui ( menerabas ) G.Tanggamus ( 1.126 meter ) yang merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Karena dibalik gunung inilah surga tersembunyi “Teluk Kiluan” akan kita temukan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Pemandangan unik lain juga bisa kita lihat di sepanjang jalan ketika naik ojek ke arah Kiluan. Kurang lebih tiga kilometer sebelum Kiluan ada perkampungan orang Bali, dimana semua kehidupan yang ada di situ persis adanya seperti di Bali. Dari mulai bangunan, tempat ibadah, cara berladang, bermasyarakat sampai dengan proses kehidupan sehari-hari</span></span><br /><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Akhirnya, setelah kurang lebih hampir 50 menit naik ojek, dan melalui perjuangan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang langsung tercetus dari dalam hati kami ketika menjejakkan kaki di teluk ini. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan bukit barisan dan selingi oleh suara angin laut yang sepoi-sepoi bagaikan nyanyian alam yang menyambut kedatangan para tamunya.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Setelah beberapa menit menikmati keindahan alam, Pak Johan, salah satu sesepuh di Teluk ini menyapa kami dan mengucapkan selamat datang dengan ramahnya. ”Silakan menikmati Ekowisata Kiluan yang sederhana dan apa adanya ini,” Sapa beliau dengan kesederhaannya. Kemudian kami semua menuju pondok yang terletak di pinggir pantai sambil menikmati minuman ala kadarnya yang telah disediakan. Setelah memperkenalkan satu persatu warga yang mengurus teluk ini, kami pun menanyakan banyak hal.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Diantaranya adalah mengenai sejarah atau asal-usul kiluan. Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang awalnya umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka. Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan ajalnya akan tiba.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Suatu hari Raden Mas Arya ditantang tanding oleh seorang warga setempat. Sang penantang ini adalah seorang guru silat dari Kotaagung, Tanggamus. Karena tahu ajalnya akan tiba ditangan Sang Penantangnya, Raden Mas Arya meminta dimakamkan di suatu pulau yang ditunjuknya. Karena itu pulau tempat dimakamkannya Raden Mas Arya dinamakan dengan Kiluan ( bahasa lampung ) yang artinya adalah meminta. Legenda ini dikuatkan dengan adanya semacam tumpukan batu ( mirip makam ) di puncak ketinggian Pulau Kiluan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Setelah Puas berbincang-bincang dengan Pak Johan tentang sejarah Kiluan, kami pun naik perahu mengelilingi lautan disekitar pulau untuk melepas penat perjalanan dan kemudian mampir di Pulau Kiluan. Ternyata untuk mencapai Pulau Kiluan kita masih harus menyeberang 10 menit lagi dari Teluk Kiluan dengan naik perahu motor. Pulau yang asri, pasir putih, dengan suasana yang hening hanya terdengar deburan ombak, cocok sekali sebagai tempat peristirahatan atau tempat untuk mencari inspirasi-inspirasi baru. Penginapan sederhana yang berbentuk rumah panggung sudah tersedia di pulau ini, yang disediakan untuk para tamu yang ingin menginap. Untuk ukuran sebuah pulau yang terletak di pedalaman, penginapan ini tergolong lumayan bagus yang dilengkapi dengan fasilitas standar.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Tidak hanya menikmati keindahan Kiluan, wisata lain yang dapat dinikmati di kawasan ini adalah menikmati keindahan tarian lumba-lumba. Untuk menikmatinya, kita masih harus naik perahu duapuluh menit ke arah tengah Samudera dari Pulau Kiluan. Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini, spesies pertama adalah lumba-lumba hidung botol ( Tursiops Truncatus ) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah lumba-lumba paruh panjang ( Stenella Longirostris ) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Namun lumba-lumba tersebut jumlahnya makin lama makin turun karena perburuan yang dilakukan oleh manusia.</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Untuk melindungi kekayaan alam yang ada di Kiluan maka didirikanlah Yayasan Cinta Kepada Alam ( Cikal ) yang salah satu misinya adalah menjalin kerjasama kemitraan dengan Pemerintah Daerah, Instansi-instansi, atau lembaga-lembaga yang terkait ( NGO ) di dalam mengembangkan Teluk Kiluan Kelurahan Negeri Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus Propinsi lampung. Dan salah satu tujuan didirikannya yayasan ini adalah Melestarikan satwa-satwa lainnya di sekitar Teluk Kiluan seperti Penyu Sisik ( Eretmochelys Imbricate ), Siamang ( Symphalangus Syndactylus ), Simpai ( Presbythis Melalops ), Beruang Madu ( HelarctosMalayanus ) dan Kukang ( Nycticebus Coucang ).</span></span><br /><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family: georgia;">Selain keunggulan yang dimiliki oleh kiluan, ada beberapa hal yang harus diperbaiki terutama : jalan menuju Teluk Kiluan harus diperbaiki supaya aksesnya lebih mudah. Sarana dan prasarana yang ada di Kiluan sendiri harus diperbaiki, misalkan MCK ( Mandi Cuci Kakus ) dan kelengkapan-kelengkapan lainnya yang berkaitan dengan wisata bahari. Niscaya Teluk Kiluan akan menjadi salah satu primadona wisata Kota Lampung ke depan jika didukung dengan manajemen operasi dan keuangan yang baik</span></span><br /></div><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"></span><span style="font-size:100%;"><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-34167057073383758242009-11-06T19:22:00.002+07:002009-11-06T19:25:56.308+07:00Air Terjun Coban Rondo<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;">Berikut beberapa indahnya air terjun Coban Rondo :<br /><br /></div><img alt="http://ngebolang.files.wordpress.com/2009/07/cobanrondo.jpg" src="http://ngebolang.files.wordpress.com/2009/07/cobanrondo.jpg" /><br /><br /><img style="cursor: -moz-zoom-in;" alt="http://www.info4indonesia.com/wp-content/uploads/2008/07/coban-rondo-waterfall.jpg" src="http://www.info4indonesia.com/wp-content/uploads/2008/07/coban-rondo-waterfall.jpg" width="421" height="562" /><br /><br /><img alt="http://farm4.static.flickr.com/3126/2360386239_8fae326587.jpg" src="http://farm4.static.flickr.com/3126/2360386239_8fae326587.jpg" /><br /><br /><img alt="http://sakuja.files.wordpress.com/2009/07/coban-rondo.jpg" src="http://sakuja.files.wordpress.com/2009/07/coban-rondo.jpg" /><br /></div><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" ><br />Gambaran Umum</span><br />Objek wisata Cobanrondo telah berubah, itulah kesan yang saya peroleh setelah lebih dari lima tahun tidak pernah berkunjung lagi kelokasi tersebut. Betapa tidak, dulu waktu berkunjung ke lokasi ini, nuansa alami masih terasa cukup kental ditandai dengan hijau dan wangi pohon pinus beserta dinginnya udara dan air pegunungan. Sekarang, mungkin karena perubahan cuaca global suhu yang ada sudah tidak sedingin beberapa tahun yang lalu. Pepohonan pinus yang ada nampaknya juga mulai dihiasi dengan warna coklat tanda kekeringan :( Air terjun yang mengalir juga tidak sederas dulu lagi, namun masih mampu meberikan daya tarik untuk dikunjungi.<br /><br />Objek wisata Cobanrondo telah mengalami pembangunan atau pembenahan terhadap berbagai sarana dan prasarana yang ada. Bisa dilihat dari jalan aspal menuju lokasi yang telah dibangun lebih baik dan mulus mulai gerbang masuk hingga ke areal parkir yang saat ini telah mampu menampung berpuluh-puluh mobil. Kedai-kedai makanan juga banyak didirikan dan berjajar rapi ditepi areal parkir. Fasilitas mushola dan kamar kecil juga dibangun dengan cukup baik, memudahkan pengunjung untuk beribadah disela-sela kegiatan wisatanya.<br /><br /><br />Sekarang, tidak hanya air terjun yang menjadi sentra wisata di lokasi ini. Pembangunan lokasi bermain untuk anak-anak dan kebun binatang mini nampaknya bisa menjadi alternatif dan mampu sedikit mengurangi konsentrasi kepadatan wisata di sekitar lokasi air terjun. Ya, objek wisata air terjun Cobanrondo ini memang sejak dulu merupakan salah satu tujuan wisata di kabupaten Malang, bersaing erat dengan objek wisata lain semacam Songgoriti, Sengkaling, Selorejo, Selekta dan Cangar. Dan nampaknya pemda setempat memang berusaha untuk menjadikannya sebagai salah satu sumber pemasukan pendapatan daerah melalui pembenahan-pembenahan yang telah dilakukan.<br /><br />Air terjun Cobanrondo memiliki ketinggian 84 meter, berada pada ketinggian 1135 meter dari permukaan air laut, tepatnya didesa Pandesari Kecamatan Pujon, kabupaten malang. Air yang mengalir berasal dari sumber mata air Cemoro Dudo. Objek wisata ini pertamakali dibangun pada tahun 1980 dan merupakan bagian dari wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), Perum Perhutani Malang. Dari data statistik yang ada, air terjun Cobanrondo memiliki debit air 150 liter/detik, sedangkan pada musim kemarau hanya 90 liter/detik. Selain untuk tujuan wisata, air terjun Cobanrondo juga digunakan untuk pengelolaan air minum melalui PDAM untuk masayrakat Kecamatan Pujon.<br /><br />Air terjun Cobanrondo memiliki kolam penampungan air yang dangkal, dengan ketinggian yang tidak lebih tinggi dari betis orang dewasa, praktis tidak dimungkinkan bagi pengunjung untuk berenang di dalamnya. Namun dengan dangkalnya kolam penampungan air ini nampaknya mampu menarik minat pengunjung terutama anak-anak kecil untuk bermain-main air tanpa takut tenggelam. Bahkan beberapa anak kecil nampak berbaring atau tidur-tiduran di kolam penampungan air terjun tersebut sambil menikmati kesegaran airnya. <br /><br /><br />Di akhir minggu terlebih dihari libur besar semacam lebaran dan tahun baru, kawasan ini memang banyak dipadati oleh pengunjung yang datang dari berbagai tempat dan tak jarang berasal dari luar kota. Sebagian besar pengunjung yang datang didominasi oleh kaum remaja. Mereka menghabiskan waktu ditempat ini dengan duduk-duduk disekitar air terjun, bermain air dibawah limpahan air terjun atau dibagian sungainya. Terkadang juga banyak ditemui duduk bergerombol disalah satu sisi bukit yang menampilkan panorama kota Malang dari ketinggian sambil menikmati jagung bakar. Bagi pengunjung yang ingin berkemah, juga telah disediakan area tersendiri yang berada di lokasi hutan pinus, tak jauh dari loaksi air terjun. Dengan demikian boleh dibilang objek wisata air terjun Cobanrondo, merupakan objek wisata yang telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap bagi pengunjung untuk dinikmati bersama teman maupun keluarga, secara perorangan maupun berkelompok.<br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" ><br />Legenda</span><br />Asal-usul Cobanrondo berasal dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita yang bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi menikah dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Setelah usai pernikahan mencapai 36 hari (selapan) Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Namun orangtua Dewi Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena baru selapan. Namun keduanya bersikeras pergi berangkat dengan segala resiko apapun yang akan terjadi diperjalanan.<br /><br />Ketika dalam perjalanan, keduanya dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono yang tidak jelas asl usulnya. Tampaknya Joko Lelolono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Perkelahian tidak dapat dihindarkan, kepada punokawan yang menyertainya Raden baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan diseuatu tempat yang ada Cobannya (air terjun). Perkelahian berlangsung dan akhirnya sama-sama gugur, dengan demikian akhirnya Dewi Anjarwati menjadi janda (Jawa, Rondo = Janda).<br />Sejak saat itulah, Coban tempat tinggal Anjarwati menanti suaminya dikenal sebagai Coban Rondo. Konon batu besar yang berada dibawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-77861255932270987002009-11-06T19:08:00.002+07:002009-11-06T19:20:12.454+07:00Keindahan Taman Nasional Baluran<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><img style="width: 380px; height: 380px;" alt="http://www.denieksukarya.com/photo_library/photo1846_09_dgs-wild%20buffalo,%20baluran%20national%20park,%20east%20java.jpg" src="http://www.denieksukarya.com/photo_library/photo1846_09_dgs-wild%20buffalo,%20baluran%20national%20park,%20east%20java.jpg" /><br /><br /><img style="width: 380px; height: 285px;" alt="http://www.rian-aditya.com/wp-content/uploads/2009/02/baluran.jpg" src="http://www.rian-aditya.com/wp-content/uploads/2009/02/baluran.jpg" /><br /><br /><img style="width: 381px; height: 285px;" alt="http://jesuskarto.files.wordpress.com/2008/06/baluran.jpg" src="http://jesuskarto.files.wordpress.com/2008/06/baluran.jpg" /><br /><br /><img style="width: 381px; height: 248px;" alt="http://fandyaje.files.wordpress.com/2009/04/gunung_baluran.jpg" src="http://fandyaje.files.wordpress.com/2009/04/gunung_baluran.jpg" /><br /><br /><img style="cursor: -moz-zoom-in; width: 380px; height: 268px;" alt="http://www.balurannationalpark.web.id/image/and%20welcome%20to%20baluran.jpg" src="http://www.balurannationalpark.web.id/image/and%20welcome%20to%20baluran.jpg" /><br /><br /><img style="width: 380px; height: 253px;" alt="http://www.eastjava.com/tourism/situbondo/galleries/baluran/image/baluran01.jpg" src="http://www.eastjava.com/tourism/situbondo/galleries/baluran/image/baluran01.jpg" /><br /><br /><img style="width: 381px; height: 285px;" alt="http://www.kabarindonesia.com/gbrberita/20080810102544.jpg" src="http://www.kabarindonesia.com/gbrberita/20080810102544.jpg" /><br /><br /><img style="width: 382px; height: 286px;" alt="http://www.rosasecolodge.com/articles/article071201_pic1.jpg" src="http://www.rosasecolodge.com/articles/article071201_pic1.jpg" /><br /><br /></div>Taman Nasional Baluran dapat dicapai dari Surabaya, dengan menyusur pantai utara jawa timur kearah timur, meliwati kota: Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan setelah Banyuputih, menuju keselatan (jangan terus ketimur kedesa Bilik) dan sebelum desa Wongsorejo, pada belok kekiri menuju Visitor Center. Pengunjung harus membayar biaya masuk sebesar Rp 6.000.- per mobil dan Rp 2.500.- per orang. Ada dua tempat penginapan (guest house) di-Bekol dan dibagian pantai di-Bama.<br /><br />Jalan menuju lokasi Bekol kecil dan beraspal tipis tetapi masih layak untuk mobil sedan, sebaiknya SUV atau Kijang. Masalah utama yang klasik dinegara kita ini, sebagaimana yang sering kita rasakan adalah kita bisa membangun tetapi kurang trampil dalam memelihara apa yang telah dibangun. Menurut keterangan pengawas hutan, banyak sekali naturalist (atau enthusiast naturalist), birds watcher dari manca negara, bahkan researchers yang datang kesana, jadi taman nasional ini boleh dibilang sudah mendunia namanya, sebaiknya sarana dan prasarananya ditata dengan baik pula. Pantai Baha juga konon merupakan pantai yang baik untuk surfing, tetapi fasilitasnya yang membuat orang enggan datang kesana, karena sangat tidak memadai.<br /><br /><br />Di-Bama fasilitasnya cukup memprihatinkan kalau tidak mau dikatakan menyedihkan, sebaiknya kalau mau menginap di-Bekol saja. Disitu ada guest house dengan 2 kamar dengan fasilitas yang sangat "basic", dengan harga Rp 35.000.- per kepala, dilengkapi dengan toliet jongkok dan bak mandi (gebyar-gebyur) dan kamarnya dijamin bocor kalau hujan dan kita disibukkan untuk mengatur ulang letak tempat tidur supaya tidak kebasahan. Ruang tamu ternyata lebih bebas dari bocor, sehingga tidur disofa panjang lebih tidak dipusingkan oleh bocornya air hujan. Kompor gas bisa disewa dan sebaiknya membawa makanan sendiri karena tidak ada fasilitas untuk makan, disamping jangan lupa membawa baik penyemprot nyamuk maupun cream anti nyamuk. Para pengawas sangat ramah-ramah dan bersedia mengantar kita kemanapun kita mau, dengan catatan fisik cukup memadai.<br /><br /><br />Kondisi udara yang steamy dengan kadar humidity sekitar 95 persen, menyebabkan keringat bercucuran tak henti-henti, seperti kehujanan. Karena musin penghujan, maka tetumbuhan dan air sangat berlimpah-ruah, sehingga para penghuni taman seperti Banteng dan Kerbau Liar memilih masuk kepedalaman taman dari pada bertatap muka dengan para pengunjung. Beberapa kelompok Rusa, Merak, Ayam Hutan dan beburungan lainnya bisa dinikmati. Pagi jam 5 menuju obversation tower/penara pengawas dan indahnya minta ampun sehingga sejenak kita melupakan hal-hal yang mendasar dan bocor-bocor di guest house. Keterangan yang diberikan oleh para pengawas hutan, predator utama ditaman nasional itu adalah Anjing Hutan (Ajak) yang bertanggung jawab atas menurunnya populasi baik Banteng, Kerbau Liar maupun Rusa.</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-25630620064402058272009-11-06T19:06:00.000+07:002009-11-06T19:08:42.431+07:00<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><img style="cursor: -moz-zoom-in; width: 380px; height: 284px;" alt="http://www.eastjava.com/tourism/ngawi/galleries/trinil/image/trinil-museum-02.jpg" src="http://www.eastjava.com/tourism/ngawi/galleries/trinil/image/trinil-museum-02.jpg" /><br /><br /></div><div style="text-align: center;"><img style="cursor: -moz-zoom-in; width: 380px; height: 284px;" alt="http://www.givangkara.com/wp-content/uploads/2009/02/pe-trinil.jpg" src="http://www.givangkara.com/wp-content/uploads/2009/02/pe-trinil.jpg" /><br /><br /><img alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJQXzGqpWKJbwbimDkm6cY3RymNPHYgtf6V9AWdP2JXsu_g3nJWNnno0wp3-3iYTvp2zwyt5nevERcoWGZANXZwEJRfT2xGSlVwXj3W-2Azuh79hdLU706X9fnm44TtcF5FK9wmtmG2h4/s320/DSC00772.JPG" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJQXzGqpWKJbwbimDkm6cY3RymNPHYgtf6V9AWdP2JXsu_g3nJWNnno0wp3-3iYTvp2zwyt5nevERcoWGZANXZwEJRfT2xGSlVwXj3W-2Azuh79hdLU706X9fnm44TtcF5FK9wmtmG2h4/s320/DSC00772.JPG" /><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>Situs Museum Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu. Situs Trinil ini amat penting sebab di situs ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.<br /><br />Museum Trinil terletak di Jalan Raya Solo – Surabaya, Pedukuhan Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi, dan untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Sayang sekali di jalan arteri yang bisa menjadi petunjuk utama, tidak ada satupun patokan yang bisa mengarahkan kita ke Museum tersebut. Kalau bertanya sama seseorang hanya dijawab, “ Pokoknya belok ke gang yang ada gapura hitamnya,”. Akhirnya setelah bertanya selama dua kali, sampailah kami di lokasi museum.<br /><br />Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat setelah masuk ke dalam 1 km dari jalan raya utama, kemudian kami melapor ke pos penjaga untuk membayar tiket masuk. Memang luar biasa murah kalau boleh dikatakan, bayangkan untuk melihat peradaban jutaan tahun yang lalu hanya dikenakan biaya masuk seribu rupiah per orang. Ketika masuk ke lokasi parkir, kesan pertama yang timbul adalah bahwa museum ini kurang optimal perawatannya, terutama dalam hal fasilitas dan kebersihan.<br /><br />Masuk ke dalam museum kami mendapati ruangan yang dipenuhi dengan tulang-tulang manusia purba. Diantaranya adalah : fosil tengkorak manusia purba ( Phitecantropus Erectus Cranium Karang Tengah Ngawi ), fosil tengkorak manusia purba (Pithecantropus Erectus Cranium Trinil Area), fosil tulng rahang bawah macan (Felis Tigris Mandi Bula Trinil Area), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar Trinil Area), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus Erectus Femur Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area), fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area) dan fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area).<br /><br />Disamping itu masih ada beberapa fosil tengkorak : Australopithecus Afrinacus Cranium Taung Bostwana Afrika Selatan, Homo Neanderthalensis Cranium Neander Dusseldorf Jerman dan Homo Sapiens Cranium. Selain fosil-fosil tengkorak yang tersebut hal yang menarik lainnya adalah, adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba. Dulu tak banyak orang tahu akan makna tugu itu, bahkan kemungkinan besar bisa rusak kalau tidak dpelihara oleh seorang sukarelawan.<br /> <br /><br />Wirodihardjo atau Wiro balung alias Sapari dari Kelurahan Kawu adalah seorang sukarelawan yang menyadari bahwa tugu itu mempunyai makna yang besar dan sangat berguna bagi penelitian selanjutnya. Wajar ia berpendapat begitu, karena ia telah menyaksikan ekspedisi atau penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan setelah penggalian yang dilakukan E.Dubois dan Salenka. Orang asing atau mahasiswa datang silih berganti untuk melakukan ekspedisi yang tentunya dengan biaya yang mahal. Oleh karena itu, sebagai putra daerah tersebut, ia merasa ikut bertanggungjawab atas kelestarian tempat itu.<br /><br />Kehadiran Wirodiharjo di Trinil sangat berarti, karena beliau menjadi tempat untuk bertanya para pengunjung tentang fosil di Trinil. Walaupun tempat tersebut terkenal sebagai daerah fosil, namun kenyataan waktu itu tidak satupun fosil yang ada di Trinil. Untuk itulah ia mengumpulkan setiap fosil yang ditemukan di sungai Bengawan Solo. Selain itu Pak Wiro juga mendapat laporan dari penduduk sekitar bahwa mereka menemukan fosil. Dari hari ke hari fosil yang dikumpulkan dari tiga desa ; sebelah barat Desa Kawu, sebelah utara Desa Gemarang dan sebelah timur Desa Ngancar bertambah banyak, atas tinjauan Kepala Seksi Kebudayaan Depdikbud Ngawi waktu itu ( Pak Mukiyo ) ia mendapat bantuan tiga buah almari untuk menyimpan fosil-fosil tersebut. Sejak saat itulah Pak Wirodiharjo terkenal dengan sebutan Wiro Balung yang berarti Pak Wiro yang suka mengumpulkan balung-balung ( tulang ).<br /><br />Dan selanjutnya pada tahun 1980/1981 Pemerintah daerah setempat mendirikan museum untuk menampung fosil-fosil tersebut yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Jatim “Soelarso” pada tanggal 20 Nopember 1991. Namun sayang Wiro Balung sudah tiada sejak 1 April 1990 dan keahlian beliau diteruskan oleh anaknya Mas Sujono ( 37 ) yang sekarang menjad juru kunci Museum Trinil. Selain dari diorama yang ada, Mas Sujono juga banyak memberikan keterangan tambahan kepada kami.<br /><br />Diantara tambahan keterangan Mas Sujono yang sangat penting adalah,”Bahwasannya Trinil merupakan daerah padang savanna pada masa lampau. Kenapa ? karena adanya manusia, banteng, gajah dan hewan-hewan yang lain yang tumbuh di satu area. Hal ini cukup menunjukkan kalau dulu daerah ini adalah savanna. Namun kemudian setelah adanya letusan Gunung Lawu yang berturut-turut hancurlah peradaban yang ada di Trinil dan sekitarnya,” kata Mas Sujono dengan mimik serius. Dengan melihat Museum Trinil suatu kearifan dapat kita tarik dari berbagai temuan para ilmuwan tentang manusia purba. Adalah suatu kenyataan bahwa dibalik keanekaragaman wujud kehidupan kita dewasa ini, sesungguhnya ada kesamaan asal-usul kita seluruhnya sebagai manusia.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-44627773511319295572009-11-06T18:54:00.001+07:002009-11-06T19:05:58.861+07:00Garuda Wisnu Kencana<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><img alt="http://www.indonesialogue.com/files/2007/09/garuda-wisnu.jpg" src="http://www.indonesialogue.com/files/2007/09/garuda-wisnu.jpg" /><br /><br /><img style="cursor: -moz-zoom-in;" alt="http://raditzhu.files.wordpress.com/2009/04/gwk-4.jpg" src="http://raditzhu.files.wordpress.com/2009/04/gwk-4.jpg" width="374" height="562" /><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>Garuda Wisnu Kencana, nampaknya merupakan mega proyek terbesar di Bali yang sedang dibangun. Betapa tidak, rencana pembangunan patung setinggi 146 meter dengan lebar bentangan sayap garuda sebesar 66 meter itu diperkirakan memiliki berat 4000 tons. Dibuat dengan menggunakan bahan berupa campuran tembaga dan kuningan yang pada bagian tertentu akan dilapisi dengan mozaik emas. Saat ini sebagian dari patung tersebut sudah bisa dilihat di lokasi dalam bentuk patung separuh badan dari dewa Wisnu dan bagian kepala burung garuda.<br /><br />Sewaktu saya berkunjung kelokasi ini, sempat terperangah juga melihat ukuran kepala burung garuda yang benar-benar raksasa. Sulit membayangkan bentuk burung garuda ini nantinya secara keseluruhan, yang pasti akan sangat besar sekali. Ukuran tubuh manusia dewasa aja, nampaknya masih kalah besar/tinggi dibandingkan ukuran kuping dari burung garuda ini. Agak aneh memang melihat burung yang mempunyai telinga, namun semua adalah memungkinkan didunia pewayangan<br /> <br /><br />Disekitar lokasi, nampak jelas bebatuan cadas/karang di potong secara vertikal membentuk dinding-dinding tribun dengan hamparan rumput hijau pada bagian dasarnya. Bagian tengah sebuah jalan terbuat dari conblock (?) membelah lapangan rumput dari bagian paling belakang hingga kedepan patung garuda. Dari luas yang ada nampak sekali bahwa area ini akan sanggup menampung puluhan ribu pengunjung, sangat cocok digunakan sebagai tempat pertunjukan sentra budaya berskala internasional.<br /><br />Pembangunan patung berupa Dewa Wisnu (Dewa penyelamat bagi umat Hindu) yang sedang mengendarai burung mitos, Garuda, terinspirasi dari kisah Adi Parwa dalam episode Garuda dengan kesetiaan dan pengorbanannya menyelamatkan ibunya dari belenggu perbudakan dengan mengabdi kepada Dewa Wisnu menjadi kendaraannya. Kisah mengenai legenda ini terpahat jelas di sisi-sisi Candi Kidal yang berada di kabupaten Malang.<br /> <br /><br />Patung Garuda Wisnu Kencana diharapkan akan merangsang dinamika nilai phisik dan spiritual, serta keseimbangan antara skala dan niskala (dunia nyata dan tidak nyata) dengan demikian harmonisasi alam dapat tercipta. Patung Garuda Wisnu Kencana adalah symbol misi penyelamatan lingkungan dan penyelamatan dunia.<br /><br />Sayang sekali patung karya seniman bali bernama Nyoman Nuarta ini dalam tahap pembangunannya sudah meleset dari target yang dietetapkan. Rencana awal seluruh bagian patung ini akan selesai pada tahun 2005, namun hingga artikel ini dibuat tanda-tanda akan selesainya mega proyek ini masih jauh dari harapan. Kesulitan dana mungkin menjadi hambatan utama untuk meneruskan mega proyek berskala internasional ini. Ya,.. dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya tentu tidaklah kecil, sementara bangsa ini sendiri masih membutuhkan dana yang cukup besar pula untuk membangun negeri tercinta ini.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-64556994574361548222009-11-05T20:01:00.003+07:002009-11-05T20:16:45.196+07:00Museum sang maestro Affandibeberapa lukisan karya Affandi :<br /><div style="text-align: justify;"><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i301.photobucket.com/albums/nn43/alief271/5R.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 382px; height: 272px;" src="http://i301.photobucket.com/albums/nn43/alief271/5R.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i44.tinypic.com/6dv38y.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 382px; height: 265px;" src="http://i44.tinypic.com/6dv38y.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://207.226.167.94/images/koleksi-museum-affandi7.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 248px;" src="http://207.226.167.94/images/koleksi-museum-affandi7.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAWcNvav8j8IlnPyWbFoVdX8jtyQRYTOZF1QO6FC4WNlNX-gg_PoyE9nEUOUjdYA-3w_GVdWDsJta9NCGrQsejnTZbeA35VDtwVBvt4YZT8AkhHqNnpw5HAQrVFcoYAR3Ejt14PJq-aPM/s320/180px-Lukisan_diri_Affandi.JPG"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 180px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAWcNvav8j8IlnPyWbFoVdX8jtyQRYTOZF1QO6FC4WNlNX-gg_PoyE9nEUOUjdYA-3w_GVdWDsJta9NCGrQsejnTZbeA35VDtwVBvt4YZT8AkhHqNnpw5HAQrVFcoYAR3Ejt14PJq-aPM/s320/180px-Lukisan_diri_Affandi.JPG" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.planetmole.org/wp-content/uploads/2007/08/mini-affandi-6.jpg"></a>Museum yang berlokasi ditepi barat sungai Gajah Wong di Jalan Solo ini dulunya juga merupakan tempat tinggal sang maestro pelukis Indonesia Affandi. Memperingati 100 tahun Affandi di 2007 ini, museum ini tidak hanya memamerkan lukisan Affandi melainkan juga lukisan putri-nya Kartika dan Rukmini. Menurut salah seorang pemandu masih ada sekitar 300-an karya Affandi yang masih disimpan (belum dipamerkan).<br /><br />Tiket masuknya seharga Rp 10.000,- dan apabila kita membawa kamera maka biaya sebesar Rp 10.000.- akan dikenakan lagi kepada kita, namun kita diberi kebebasan untuk memotret seluruh bagian galeri termasuk koleksi lukisan yang dipamerkan !<br /><br />Bertempat di atas tanah seluas kurang lebih 3.500m2 arsitektur museum ini menunjukkan kebersahajaan sang maestro. Bentuk atap bangunan galeri semuanya menyerupai pelepah daun pisang dan seluruhnya dirancang oleh sang maestro sendiri. Pembangunannya dilakukan secara bertahap, total terdapat 3 galeri pamer, rumah tinggal dan ruang keluarga berbentuk gerobak sapi yang dibuat Affandi atas permintaan istrinya Maryati ketika dirinya sudah beranjak tua dan tak mampu lagi menaiki tangga menuju rumah utama. Awalnya Maryati meminta Affandi untuk membuatkan dirinya sebuah caravan dengan alasan caravan bisa dibawa kemana saja dan oleh Affandi diwujudkan dalam bentuk gerobak sapi.<br /><br /><br />Galeri I selesai dibangun pada tahun 1962 diatas tanah seluas 314.6m2 yang diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan pada waktu itu Prof. Ida Bagus Mantra pada tahun 1974. Dalam galeri ini kita bisa menikmati karya lukisan Affandi dari awal-awal karir melukis hingga yang tahun-tahun terakhir masa hidupnya berupa sketsa, lukisan cat air, pastel serta cat minyak diatas kanvas. Mobil kesayangan Affandi semasa hidup yaitu Colt Gallant buatan tahun 1976 juga turut dipamerkan di Galeri I ini. Uniknya mobil itu sudah di-modifikasi sehingga memiliki bentuk menyerupai ikan. Selain itu ada beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri seperti Penghargaan Doctor Honoris Causa dari National University of Singapore di tahun 1974. Koleksi perangko seri Affandi yang pernah diterbitkan bahkan sepeda Affandi turut dipamerkan disini.<br /><br />Dalam Galeri II (yang selesai dibangun pada tahun 1988 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu Prof. Dr. Fuad Hassan) akan banyak ditemukan lukisan karya Kartika yang dipamerkan untuk dijual, menurut pemandu hal ini dalam rangka memperingati 100th Affandi di 2007. Kalau anda bertanya-tanya mengapa Affandi memilih gaya melukis seperti sekarang dengan mempelotot-kan (mengeluarkan sebagian isi cat langsung dari tube-nya) langsung cat tanpa menggunakan palet untuk mencampur warna, maka anda bisa menemukan jawabannya di Galeri II ini melalui sketsa “Gambar Sendiri” dimana Affandi menulis:<br /><br />“Tjat tube saja gariskan sekaligus di canvas, tapi kemudian disapu dengan tangan atau penseal. Ini tjara saja temukan dan gunakan untuk memudahkan dan mempertjepat pekerdjaan. Bukan oleh karena tjepat, tetapi supaja mengalirnja emosi djangan diganggu. Kalau saja pakai palet, dus mentjampur warna di palet, itu waktu mengganggu mengalirnja expresi, dan memberikan kesempatan menggunakan otak” .<br /><br /><br />Galeri III dipergunakan sebagai ruang pamer karya lukis putrinya, Kartika dan Rukmini serta beberapa sulaman karya sang istri, Maryati. Galeri ini selesai dibangun pada tahun 1997 dan diresmikan oleh Sri Sultan HB X. Galeri ini terdiri dari 3 lantai bangunan dimana dilantai bawah tanah dipergunakan sebagai tempat menyimpan lukisan, lantai 1 untuk ruang pameran, lantai 2 dipergunakan sebagai ruang perbaikan/perawatan lukisan.<br /><br />Rumah Affandi sendiri masih berada dikompleks museum dan ruang pamer. Atap bangunannya masih berbentuk pelepah daun pisang. Kolam renang kecil yang terletak dibagian bawah dulunya menjadi tempat berkumpulnya para cucu Affandi. Kolam ini sempat dibuka untuk umum tetapi ketika saya datang kolam sedang ditutup.<br /><br />Didalam kompleks museum juga kita akan menemukan makam Affandi bersebelahan dengan makam istrinya, Maryati. Affandi wafat pada tanggal 23 May 1990 dan memilih tempat diantara Galeri I dan II sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir dikelilingi oleh karya-karyanya.<br /><br />Melihat kompleks museum Affandi secara keseluruhan seperti mengingatkan saya akan sosok Affandi sebagai pelukis yang sangat sederhana dan bersahaja. Semasa hidup Affandi sering mengenakan sarung dan kaus singlet putih yang kadang sudah sobek disana-sini sambil menghisap pipa kesayangannya. Tak jarang dengan pakaian seadanya itu ia berjalan kaki menemui penjual angkringan dan nongkrong bersama sehingga tidak ada yang menduga bahwa dia adalah sosok pelukis kenamaan yang mempunyai reputasi tingkat dunia.<br /> <br /><br />Gaya melukis dengan cat warna langsung di-pelotot-kan diatas kanvas adalah ciri khas Affandi. Saya masih ingat dalam salah satu tayangan di TV --lebih dari satu dekade lalu-- menunjukkan sosok renta Affandi yang harus dituntun untuk sampai ke kanvas-nya, disana sudah menanti asisten pribadi yang sudah menyiapkan puluhan cat dalam keadaan sudah dipelototkan sehingga siap untuk digunakan oleh sang maestro. Tak lama adegan yang dinanti terjadi, pertarungan dua ayam jantan. Saat itu tangan tua Affandi bekerja dengan cepat seiring dengan terjadinya pertarungan ayam. Tube cat digoreskan keatas kanvas bergantian satu sama lain dengan cepat. Tidak ada palet untuk mencampur warna, tidak ada kuas yang dipergunakan untuk menorehkan cat. Hasilnya adalah lukisan berjudul “Cock Fighting” yang dibuat pada tahun 1976. Luar biasa !!!.<br /><br />Affandi juga salah satu dari sedikit pelukis Indonesia yang karya-karyanya masih diburu para kolektor baik dalam maupun luar negeri dan harganya terus meninggi. Karya-karyanya pernah masuk ke Balai Lelang Christie’s dan Sotheby’s, tak heran ada orang yang bilang “Jangan percaya kalau ada orang menjual karya Affandi dengan harga dibawah Rp 300 juta.”<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.planetmole.org/wp-content/uploads/2007/08/mini-affandi-6.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://www.planetmole.org/wp-content/uploads/2007/08/mini-affandi-6.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://ladangkata.com/wp-content/uploads/2008/01/mobil-affandi.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 255px;" src="http://ladangkata.com/wp-content/uploads/2008/01/mobil-affandi.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.planetmole.org/wp-content/uploads/2007/08/affandi-museum.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 316px; height: 240px;" src="http://www.planetmole.org/wp-content/uploads/2007/08/affandi-museum.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-62482057198003616302009-11-03T18:12:00.003+07:002009-11-03T18:42:15.984+07:00Gunung + Kawah Rinjani Lombok<div style="text-align: justify;"><span style="text-decoration: underline;"></span>Berikut beberapa panorama yang bisa kita nikmati di gunung Rinjani ini, ini salah satu keindahan dari Pulau Lombok.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://travel-junkie.com/travelogues/wp-content/gallery/gunung-rinjani/sunrise-near-summit.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 286px;" src="http://travel-junkie.com/travelogues/wp-content/gallery/gunung-rinjani/sunrise-near-summit.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm1.static.flickr.com/32/91385658_848698b507.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 245px;" src="http://farm1.static.flickr.com/32/91385658_848698b507.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.kbrimanila.org.ph/news/images/Rinjani01.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 282px;" src="http://www.kbrimanila.org.ph/news/images/Rinjani01.gif" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.visitlomboksumbawa.com/img/rinjani.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 237px;" src="http://www.visitlomboksumbawa.com/img/rinjani.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.indonesiavolcanoes.com/images/Copy%20of%20rinjani_summit_old_crater.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://www.indonesiavolcanoes.com/images/Copy%20of%20rinjani_summit_old_crater.jpg" alt="" border="0" /></a><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Gambaran Umum</span><br />Rinjani 3,726 mdpl memiliki panaroma yg paling bagus diantara gunung2 di Indonesia. Salah satu tempat<span style="display: block;" id="formatbar_Buttons"><span class="" style="display: block;" id="formatbar_JustifyFull" title="Justify Full" onmouseover="ButtonHoverOn(this);" onmouseout="ButtonHoverOff(this);" onmouseup="" onmousedown="CheckFormatting(event);FormatbarButton('richeditorframe', this, 13);ButtonMouseDown(this);"><img src="http://www.blogger.com/img/blank.gif" alt="Justify Full" class="gl_align_full" border="0" /></span></span> tujuan wisata adventure favorite dari seluruh dunia. Keunikan lain dari Rinjani adalah kemampuan Porter-nya; mereka bukan hanya tahan membawa logistik berat tetapi sekaligus koki yg handal dan guide yg menarik.<br /><br />Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari Penduduk lokal, mahasiswa, pencinta alam. Temperature udara rata2 sekitar 20oC; terendah 12 oC. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga summit attack bisa dilakukan kapan saja.<br /> <br /><br />Selain puncak, tempat yg sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2,000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua point entry terdekat di ketinggian 500 mdpl dan 1,200 mdpl). Kebanyakan pendaki menyukai start entry dari arah Sembalun, krn bisa menghemat 700m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas krn melalui padang savana yg terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). Sunblok krem sangat dianjurkan.<br /><br />Sedangkan dari arah Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut krn melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 9 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2,700 mdpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun kearah luar sangat bagus.<br /><br />Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2,000 mdpl) yg bisa ditempuh dlm 2 jam. Di danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yg banyak sekali. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di kolam air panas dan mancing.<br /><br />Utk mencapai puncak (dari arah Danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1,000m yg ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, camp terakhir utk menunggu pagi hari. Summit attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari utk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani.<br /><br /><br />Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; krn meniti di bibir kawah dgn margin safety yg pas2an (no point for error please). Medan pasir, batu, tanah. Duaratus meter terakhir harus ditempuh dgn susah payah, krn satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil). Buat highlander - ini tempat yg paling menantang dan disukai krn beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yg indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Utk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina, kesabaran dan kemauan.<br /><br />Keseluruhan perjalanan dpt dicapai dlm program 3 hari dua malam, atau kalau mau lihat dua objek lain: gua susu dan gunung baru jaro (kawah baru ditengah danau) perlu tambahan waktu 2 hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan. tetapi untungnya segala sesuatu bisa diperoleh di desa terdekat. tenda, sleeping bag, peralatan makan, bahan makanan dan apa saja yg diperlukan (termasuk radio komunikasi) bisa disewa dari homestay2 yg menjamur di desa Senaru.<br /><br />Yang unik lainnya dari Rinjani, disana ada cukup banyak toilet. Bentuknya kotak besi warna hijau. Diatasnya ada penampung air hujan. Juga ada yg pake tangki fibre glass. Tapi sayang nggak ada airnya. Tapi don't worry, alam akan mengajarkan kita how to back to nature.<br /><br />Cerita ttg pemandangan, rasanya kita nggak akan kehabisan momen pengambilan gambar. Pagi dan sore saat yg paling indah utk difoto, Rinjani dgn kontour tiga dimensinya yg ektrim menyediakan begitu banyak sudut indah. Awan, kabut, pohon2 tunggal ditengah savana, monyet2 yg expresif, porter2 in action, wajah gembira mahasiswa ketika mendptkan karper besar, perjuangan menggapai puncak rinjani - menyediakan banyak momen bagus utk difoto.<br /><br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Perjalanan Jakarta-Lombok </span><br />Jika waktu kita pendek sekali, Lombok masih dpt dicapai dlm liburan sabtu-minggu. Sekarang ini banyak penerbangan JKT Lombok (via SBY), dgn tarif sekitar 350rb-an sekali jalan; mungkin bisa lebih rendah tergantung sisa seat (booking lebih awal).<br /><br /><br />Kalau menggunakan Lion penerbangan sore, kita bisa berangkat sesudah pulang kerja di Juma't petang, tiba di Mataram sekitar jam 22:00. Langsung ambil taksi airport menuju Sembalun Lawang (200rb) yg ditempuh dlm 2.5 jam perjalanan atau ke Senaru (175rb). Di Senaru banyak homestay bersih dan bagus dgn tarip 30~50 rb-an. Atau di Sembalun Lawang spt. Homestay Lembah Rinjani dan Nauli (dua2nya bagus), dgn pemandangan spektakular menghadap Rinjani. Tarif 100rb-an.<br /><br />Sabtu pagi bisa langsung naik lewat Senaru ke Plawangan Senaru dan turun ke danau. Tiba sore hari. Bisa bermalam di Plawangan saja (pemandangan sangat bagus) turun ke danau pagi hari atau turun ke Danau langsung bermalam disini). Minggu paginya ada cukup waktu utk menikmati air panas, mancing atau berleha-leha. Jam 11:00 kembali dgn rute yg sama (Senaru). Tiba hampir magrib, langsung transfer ke Airport Selaparang dgn penerbangan terakhir (Citylink atau Lion). Senin pagi sudah masuk kerja - tentu dgn sedikit kaki pegel2. Jika sambung ke puncak, butuh satu hari lagi day off, yg ini barangkali bisa dipertimbangkan saat harpitnas atau cuti liburan.<br /><br />Enjoy Your Vacation ^_^</div>Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-50646114740171390222009-11-02T18:17:00.002+07:002009-11-02T18:30:35.715+07:00Pulau Seindah ini Hanya ada di Indonesiaku<div style="text-align: justify;">Ingin menikmati semua gambar yang di bawah ini??buruan dateng ke pulau Bintan ^_^<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://cache.virtualtourist.com/3209348-Bintans_view-Pulau_Bintan.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://cache.virtualtourist.com/3209348-Bintans_view-Pulau_Bintan.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://mjbryan.com/FosbergD/pics/Bintan%20013.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 284px;" src="http://mjbryan.com/FosbergD/pics/Bintan%20013.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm4.static.flickr.com/3265/3166315227_c599a85d47_o.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://farm4.static.flickr.com/3265/3166315227_c599a85d47_o.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://dronqiestz.files.wordpress.com/2009/02/riabintangolf.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 266px;" src="http://dronqiestz.files.wordpress.com/2009/02/riabintangolf.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Lapangan golf dengan panorama laut pun di sajikan di pulau ini.<br /><br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Gambaran Umum</span><br />Pulau Bintan adalah pulau yang terbesar digugusan kepulauan Riau yang baru saja diresmikan sebagai provinsi, dengan Tanjung Pinang sebagai Ibu Kota provinsi Kepulauan Riau. Pulau Bintan ini terletak sekitar 50 miles sebelah selatan Singapore.<br /><br />Kegiatan ekonomi utama pulau Bintan, selain penambangan dan perdagangan antar pulau, turisme mungkin merupakan kontribusi yang terbesar bagi pendapatan daerah. Bagian utara pulau Bintan, yang dikenal dengan Lagoi, disediakan untuk turisme, khususnya bagi turist – turist Malaysia dan Singapore.<br /><br />Daerah Lagoi ini ditata sangat apik dengan security yang maksimal, untuk memastikan keamanan bagi para tourist. Penataan Lagoi ini seperti Nusa Dua di-Bali, dengan beberapa hotel berbintang 5, golf courses dan SPA. Mata uang yang diberlakukan dihotel-hotel berbintang adalah Singapore atau US Dollars. Meskipun pulau Bintan tidak mempunyai lapangan terbang, tetapi akses, baik kepulau Batam maupun Singapore sangat baik.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://website-service.web.id/wp-content/uploads/2009/06/pesona-pulau-bintan-300x298.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 300px; height: 298px;" src="http://website-service.web.id/wp-content/uploads/2009/06/pesona-pulau-bintan-300x298.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.angsana.com/ecards/thankyou/images/bintan_01.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 266px;" src="http://www.angsana.com/ecards/thankyou/images/bintan_01.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Diperkirakan sekitar lebih dari 5.000 orang yang secara langsung maupun tidak langsung bekerja disektor tourisme di-Lagoi. Mereka disediakan perkampungan, dormitory lengkap dengan pasar tradisional untuk keperluan sehari-hari. Ketentuan yang diberlakukanpun sangat ketat, yaitu: harga-harga dipasar tradisional perkampungan tersebut tidak diperbolehkan lebih tinggi dari pada harga-harga dipasar Tanjung Pinang. Perkampungan ini layaknya saebuah kota kecil saja. Bagi staff tingkat managerial, disediakan apartment yang berada dalam area yang lebih tertata dilingkungan yang berdekatan dengan tempat bekerja mereka masing-masing.<br /><br />Pantai Trikora yang terletak dibagian timur pulau Bintan. Asal usul nama Trikora ternyata mempunyai dua versi: yang pertama dihubungkan dengan kata-kata “three corrals” konon yang diucapkan oleh pendatang asing pertama dipulau tersebut beberapa puluh tahun yang lalu. Versi lainnya yang lebih banyak dianut, nama Trikora tersebut dihubungkan dengan Tri Komando Rakyat sebuah “euphoria nasionalistic” yang dikumandangkan oleh Almarhum Presiden RI yang pertama Bung Karno, sehubungan dengan kampanye konfrontasi “Ganyang Malaysia” beberapa tahun yang lalu.<br /><br />Berbeda dengan Lagoi, pantai ini, dengan nama versi manapun yang dipilih, disediakan untuk para turist lokal yang sudah barang tentu tidak mendapatkan perlakuan seperti pantai Lagoi. Hal ini dapat dilihat, dari sepanjang jalan, dijumpai perkampungan rakyat dan nelayan, juga dari bentuk hotel-hotel dan prasarana-prasarana yang lain, seperti restaurant dan lain sebagainya.<br /><br />Yang jelas, sarana jalan-jalan dipulau Bintan ini sangat baik dan lenggang<br /><br />Berikut peta dari pulau Bintan :<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.welcometobintan.com/Images/map.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 360px;" src="http://www.welcometobintan.com/Images/map.jpg" alt="" border="0" /></a><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-42323686789142570342009-11-02T18:04:00.002+07:002009-11-02T18:17:14.548+07:00Warso Farm in Bogor<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.lintasberita.com/media/54db0f1a80b1087fd79ce9302022f6e9.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 250px; height: 233px;" src="http://www.lintasberita.com/media/54db0f1a80b1087fd79ce9302022f6e9.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i691.photobucket.com/albums/vv278/iroel_01/durian-king-of-fruits.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 382px; height: 320px;" src="http://i691.photobucket.com/albums/vv278/iroel_01/durian-king-of-fruits.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Gambaran Umum</span><br />Berkunjung kelokasi perkebunan durian ini, kecuali anda datang dalam rombongan khusus, tidaklah di pungut biaya. Anda bebas keluar-masuk ke areal perkebunan seluas kurang lebih 15 hektar ini bersama keluarga, untuk melihat berbagai jenis durian yang ditanam disana. Kurang lebih ada 800 batang pohon tersebar di berbagai tempat dengan durian jenis monthong mendominasi perkebunan ini.<br /><br />Jika anda berniat untuk berkunjung sambil menikmati durian secara langsung dari kebun ini, panen raya adalah saat yang tepat. Bulan Desember hingga Mei merupakan masa panen durian dengan puncak panen berada di bulan Januari hingga Maret. Kunjungan saya di bulan Agustus lalu, cenderung hanya bisa melihat pucuk-pucuk bunga durian yang banyak tersebar di batang pohonnya. Beberapa pohon memang masih menyisakan satu-dua buah durian, namun tentunya pemandangan akan jauh berbeda bila saat panen raya anda berkunjung ke lokasi ini. Dari jumlah putik bunga yang tersebar di tiap batang pohon durian saja sudah mampu memberikan gambaran bagaimana "heboh"-nya nanti, bila saat panen raya tiba. Ibarat, kemana mata memandang disitulah pengunjung akan melihat buah durian yang bergelantung menggoda selera. Tidak usah kuatir anda akan kejatuhan buah durian saat berada lokasi, dikarenakan buah durian yang sekiranya berbahaya bagi pengunjung telah diikat dengan tali.<br /><br /><br />Untuk menikmati durian yang ada di perkebunan ini, telah disediakan saung khusus yang berada didalam perkebunan maupun yang dibagian luar. Pengunjung bisa menikmati buah durian yang dipetiknya disaung ini, tentunya perlu ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan harganya. Harga yang dipatok untuk tiap kilogram durian adalah sebesar 30.000/kg. Sebuah harga yang cukup mahal, mengingat harga perkilo untuk durian monthong diluaran berkisar dibawah 20.000-an. Namun hal tersebut tidak menyurutkan para penggemar durian untuk datang dan menyantap durian yang ada diperkebunan ini. Mungkin, menikmati durian hasil pilihan sendiri bersama sesama penggemar fanatik buah durian, memberi suasana yang berbeda dan lebih utama dibandingkan harga yang ditawarkan.<br /><br />Berbagai varietas durian ditanam di perkebunan ini. Sebutlah petruk, lai, simas, kaniau, hepe, tunan, sukun, citokong, cane dan bakul, ikut meramaikan pepohonan yang ada, dengan durian tipe monthong (thailand) yang merupakan variatas utama dan terbanyak. Kabarnya durian varietas simas merupakan jenis durian yang disukai oleh Bung Karno. Perkebunan ini sendiri mulai disiapkan sejak tahun 1980 dan baru mulai tahun 1990 ditanami dengan berbagai varietas buah durian.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm4.static.flickr.com/3289/2746442219_72a1298469.jpg?v=0"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 253px;" src="http://farm4.static.flickr.com/3289/2746442219_72a1298469.jpg?v=0" alt="" border="0" /></a><br />Tak tanggung-tanggung, agar bisa lebih serius dalam mengelola kebun durian ini, Soewarso pemiliknya, memilih untuk tinggal didalam perkebunan. Kini, apa yang dirintisnya telah menjadi rujukan bagi banyak orang lain, baik didalam negeri maupun macanegara, dalam hal pengembangan tanaman durian.<br /><br />Untuk mencapai lokasi perkebunan ini terdapat dua pilihan jalan. Anda bisa melalui Kota Bogor untuk kemudian naik angkutan kota jalur 03 jurusan Ramayana-Cihideung. Dari lokasi akhir angkutan umum ini, dengan sedikit berjalan kaki, anda akan sampai ke Warso Farm yang ditandai dengan patung durian berukuran sangat besar. Atau, anda bisa menempuh jalur keluar pintu tol Ciawi kearah Sukabumi. Dipertigaan Caringin anda tinggal belok kiri dan menyusuri satu-satunya jalan beraspal yang ada hingga kelokasi tujuan. Apapun pilihan anda, kedua jalur tersebut bisa dilalui oleh berbagai tipe jenis kendaraan. Jalan beraspal yang mulus memungkinkan kendaraan bergardan rendah (sedan) bisa melalui-nya dengan mudah. Jadi jika anda adalah penggemar fanatik buah durian, Warso Farm adalah suatu tempat yang harus anda kunjungi</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-79692300127149751942009-11-01T10:30:00.003+07:002009-11-01T10:40:41.878+07:00Masak Telor di Kawah Domas??<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bernhardbals.de/2005-08-30_046%20Kawah%20Domas.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 284px;" src="http://bernhardbals.de/2005-08-30_046%20Kawah%20Domas.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://fotokita.net/microsite/sonycontest09/ctg_umum/11371_ctg_umum_834.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 570px;" src="http://fotokita.net/microsite/sonycontest09/ctg_umum/11371_ctg_umum_834.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Gambaran Umum</span><br />Meskipun jaraknya hanya sekitar 1,2km dari Kawah Ratu - Tangkuban Perahu, objek wisata Kawah Domas nampaknya tidak begitu ramai dikunjungi wisatawan. Mungkin papan penunjuk objek wisata ini kurang besar sehingga luput dari pengamatan pengunjung, atau dikarenakan pengunjung diharuskan berjalan kaki terlebih dahulu melewati pepohonan hutan yang rindang dengan jalan yang curam menurun sehingga sebagian pengunjung lebih memilih untuk mengabaikannya.<br /><br />Jarak 1,2 km tentunya bukanlah jarak yang cukup jauh. Namun curamnya jalan menjadikan sebagian orang tentu berpikir ulang saat akan kembali dengan jalur yang mendaki dan bisa dipastikan bakal menguras tenaga dan nafas. Padahal pengunjung tidak perlu kuatir kecapekan atau kehabisan nafas karena terdapat jalan lain yang lebih rata untuk kembali ke jalan aspal(umum) dengan angkutan umum yang siap mengantar pengunjung kembali ke Kawah Ratu. Atau dengan kendaraan pribadi, pengunjung bisa pula langsung menuju ke pintu masuk kawasan wisata ini yang terletak di bagian bawah dari objek wisata kawa ratu. Panduan arah-nya adalah saat perjalanan pulang pengunjung mengambil belokan kiri saat berada di persimpangan dekat areal parkir luas.<br /><br /><br />Meskipun bernama kawah, namun pemandangan yang ada tidaklah menyerupai kawah seperti hal-nya Kawah Ratu maupun Kawah Upas. Secara umum, pemandangan yang ada di lokasi ini berupa longsoran tebing-yang berwarna putih. Di beberapa bagian tebing terlihat berwarna kuning, tepatnya pada rongga-rongga yang mengeluarkan asap belerang. Bau belerang cukup kuat dilokasi ini namun tidak terlalu menggangu penciuman. Teriknya matahari saat siang, nampaknya kunjungan sore atau pagi hari lebih disarankan untuk bisa menimati objek wisata ini.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://images.travelpod.com/users/christosp/1.1219536000.kawah-domas-crater-7.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://images.travelpod.com/users/christosp/1.1219536000.kawah-domas-crater-7.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Memang objek wisata ini tidaklah se-"panoramik" Kawah Ratu yang memiliki pemandangan yang sangat mengesankan, namun setidaknya di Kawah Domas pengunjung bisa menemui sebuah sumber mata air panas yang tak henti-hentinya menggelegak/bergolak, siang-malam. Sebuah kubangan air kecil juga bisa dijumpai disini, tempat dimana pengunjung bisa merendamkan kaki menikmati hangatnya air berkapur yang dipercaya bisa menghilangkan berbagai penyakit kulit.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bernhardbals.de/2005-08-30_051%20Kawah%20Domas.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://bernhardbals.de/2005-08-30_051%20Kawah%20Domas.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bernhardbals.de/2005-08-30_046%20Kawah%20Domas.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 285px;" src="http://bernhardbals.de/2005-08-30_046%20Kawah%20Domas.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Tak hanya merendam kaki, pengunjung juga ditawari telur untuk direbus secara langsung pada air yang bergolak itu. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu hingga telur matang karena waktu yang diperlukan tentulah sama dengan saat kita merebus telur didalam air yang sudah mendidih, hanya saja perbedaan terletak pada cara memasaknya. Cara masak telur cukup unik, telur yang ada terlebih dahulu dibungkus dengan kantung plastik untuk kemudian diikat dengan tali baru kemudian diletakkan ke dalam air yang bergolak dengan bantuan sebatang tongkat kayu. Entah bagaimana rasa telur yang direbus pada air kawah yang mendidih itu, tapi selama plastiknya tidak bocor, mestinya tidak akan ada bedanya dengan telur yang biasa kita masak dirumah. Sayang sekali waktu itu entah kenapa tidak ada niatan saya untuk mencobanya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img.photobucket.com/albums/v311/indrakh/rebus_telor.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://img.photobucket.com/albums/v311/indrakh/rebus_telor.jpg" alt="" border="0" /></a><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-31353992182751229882009-11-01T10:15:00.002+07:002009-11-01T10:21:43.782+07:00Kawah Gunung Tangkuban Perahu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.djibnet.com/photo/2490749457_b-travel-to-taman-wisata-alam-gunung-tangkuban-perahu-bandung-west-java-indonesia-82.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 213px;" src="http://www.djibnet.com/photo/2490749457_b-travel-to-taman-wisata-alam-gunung-tangkuban-perahu-bandung-west-java-indonesia-82.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm4.static.flickr.com/3251/3027351748_6ba33753f6.jpg?v=0"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://farm4.static.flickr.com/3251/3027351748_6ba33753f6.jpg?v=0" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP_bPDP4l0S6wO79LgIDXE6XmHbjr0VgZT6WWLJnbfDUr9ZXp5pPBzyboll5rRib1_yyOxI9ZpU2yMe4xcFEYTRm8D03a1uFt7JcS73mr_Sd8elKQz_4rF3PyYZQnD3LsTl4kfznTqMP0/s320/kawah2_tp.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 254px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP_bPDP4l0S6wO79LgIDXE6XmHbjr0VgZT6WWLJnbfDUr9ZXp5pPBzyboll5rRib1_yyOxI9ZpU2yMe4xcFEYTRm8D03a1uFt7JcS73mr_Sd8elKQz_4rF3PyYZQnD3LsTl4kfznTqMP0/s320/kawah2_tp.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.elanguages.org/images/56714"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 284px;" src="http://www.elanguages.org/images/56714" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Gambaran Umum</span><br />Menikmati pemandangan Kawah Ratu dari Gunung Tangkuban Perahu, laksana melihat mangkuk raksasa yang sangat besar dan dalam. Saat cuaca cerah, lekukan tanah pada dinding kawah demikian juga dasar kawah dapat terlihat cukup jelas sehingga mampu menyajikan pemandangan panoramic yang spektakuler. Kemegahan kawah yang begitu luas dan dalam, setidaknya mampu memaksa pengunjung untuk sejenak terdiam dan takjub akan kebesaran hasil karya Tuhan.<br /><br />Berada di ketinggian 1860 meter, tepatnya didaerah Lembang, Kabupaten Bandung - Jawa Barat, objek wisata Tangkuban Perahu memang menjadi salah satu andalan pendapatan daerah setempat. Dengan harga tiket masuk 8000 rupiah perorang dengan rata-rata jumlah pengunjung mencapai 500 orang setidaknya mampu meraup pendapatan sekitar 3 juta rupiah perhari diluar pemasukan dari biaya masuk untuk kendaraan pribadi maupun bis wisata. Belum lagi pendapatan yang diperoleh secara tidak langsung dari transaksi jual beli makanan maupun cindera mata yang ada disekitar lokasi itu, yang tentunya juga ikut menyumbang dalam jumlah yang tidak sedikit bagi kas pendapatan daerah.<br /><br /><br />Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau jawa. Beberapa kali gunung ini tercatat pernah meletus, mengeluarka isi perutnya sehingga menghasilkan sembilan kawah yang tersebar di berbagai tempat di puncak gunung tersebut. Kawah Ratu merupakan kawah terbesar di lokasi ini, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan dengan kawah ratu dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 25 menit menempuh jarak sekitar +/- 1500 meter dari pos pengamat, mengitari tepi Kawah Ratu, berlawanan arah jarum jam.<br /><br />Kawah Upas memiliki dasar kawah yang dangkal dan datar, dengan pepohonan liar tampak banyak tumbuh di salah satu sisi dasar kawah. Mungkin dikarenakan dangkal dan tidak terlalu luas, disamping juga harus ditempuh dengan jalan kaki terlebih dahulu, (berbeda dengan Kawah Ratu dimana mobil pribadi bisa parkir tepat di bibir kawah), Kawah upas jarang dikunjungi wisatawan. Pemandangan yang disajikan pada Kawah Upas ini cenderung "biasa-biasa" saja, namun dimungkinkan untuk menikmati pemandangan Kawah Ratu dari sisi yang berbeda, mengingat bibir Kawah Ratu dan Kawah Upas menyatu dalam bentuk satu jalur pendakian, dengan Kawah Ratu pada sisi kiri dan Kawah Upas pada sisi kanan.<br /><br /><br />Disebagian bibir Kawah Ratu, banyak sekali pedagang dan kios-kios yang siap menjual cinderamata, makanan atau minuman. Berbagai cinderamata mulai dari baju, selendang, topi, gelang/cincin, batu alam, tanaman bonsai, alat musik (angklung) hingga senjata tajam khas daerah Jawa Barat turut dijual di lokasi ini. Kedai makanan dan minuman juga tampak berderet siap melayani pembeli. Belum lagi penjual buah-buahan strawbery dan murbei yang hilir mudik menawarkan dagangannya kesetip pengunjung yang merkea jumpai. Kerajinan tangan berupa tas dan topi dari bulu (kelinci ?) tampak sangat diminati dikarenakan kelembutan bulu-nyasaat disentuh. Bagi pengunjung yang lelah, terutama anak kecil, tersedia pula kuda yang siap mengantar dan melayani pengunjung yang ingin menikmati keindahan Tangkuban Perahu dengan mengendari kuda.<br /> <br /><br />Fasiltas umum seperti toilet dan tempat ibadah (mushola) juga tersedia dilokasi ini, demikian juga pusat informasi wisata yang siap memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan seputar wisata di Bandung dan sekitarnya secara gratis. Nampaknya pemda setempat memang cukup serius mengelola objek wisata ini, berbagai fasilitas telah tersedia meskipun masih perlu ditingkatkan lagi terutama fasilitas toiletnya.</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-4976568613327950612009-11-01T09:30:00.003+07:002009-11-01T10:07:24.040+07:00Gunung Puntang di Bandung Selatan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf6W2RF8JhKQBSYCpVphYS4BTAMa112cnl778WHs4MguBLbfL5VatpjX9Jd-owdsdnpzuk94tQ0O_TrNGPNx6y4r9Lf7q-MJlBuGdxMHrx0ge-bRst0jsXb1CXYAvT9wv4h07PW7Manlo/s400/Kolam-Cinta-5.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 196px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf6W2RF8JhKQBSYCpVphYS4BTAMa112cnl778WHs4MguBLbfL5VatpjX9Jd-owdsdnpzuk94tQ0O_TrNGPNx6y4r9Lf7q-MJlBuGdxMHrx0ge-bRst0jsXb1CXYAvT9wv4h07PW7Manlo/s400/Kolam-Cinta-5.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc1VBSfhmyqUjnSe4n3v-qbfn6pJ7pwWmwCCq5ABxalv9n2keHG-fBEtbO2xCsr10nJNJAFDzKv3ZwwU4zw-P5WuzMEeUCpmGAIdWyCdYQJ4JVYocWh0xbUp-TVKCp7wXjr7UVV9H29R0/s400/Kolam-Cinta-4.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc1VBSfhmyqUjnSe4n3v-qbfn6pJ7pwWmwCCq5ABxalv9n2keHG-fBEtbO2xCsr10nJNJAFDzKv3ZwwU4zw-P5WuzMEeUCpmGAIdWyCdYQJ4JVYocWh0xbUp-TVKCp7wXjr7UVV9H29R0/s400/Kolam-Cinta-4.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br /><div style="text-align: justify;"><span style="display: block;" id="formatbar_Buttons"><span class="" style="display: block;" id="formatbar_JustifyFull" title="Justify Full" onmouseover="ButtonHoverOn(this);" onmouseout="ButtonHoverOff(this);" onmouseup="" onmousedown="CheckFormatting(event);FormatbarButton('richeditorframe', this, 13);ButtonMouseDown(this);"><img src="http://www.blogger.com/img/blank.gif" alt="Justify Full" class="gl_align_full" border="0" /></span></span><span style="font-size:130%;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);">Gambaran Umum</span></span><br />Daerah Bandung Selatan ternyata mempunyai sebuah objek wisata bersejarah yang cukup unik di Gunung Puntang. Bila anda sudah bosan berkunjung ke Ciwidey yang terkenal dengan objek wisata Kawah Putih dan Situ Patenggang-nya, dan andapun telah jenuh berkunjung ke Pengalengan, tidak ada salahnya mencoba berkunjung kekawasan ini.<br /><br />Gunung Puntang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Malabar. Di kawasan ini terdapat bumi perkemahan yang dikelola oleh pihak Perhutani. Udara yang sejuk pada ketinggian 1290 m, sungai yang jernih ditambah dengan paduan pohon pinus yang tumbuh alami, memberikan kedamaian tersendiri saat berada di lokasi. Keindahan panorama sekitar kawasan ini sudah bisa dinikmati sepanjang perjalanan semenjak dari persimpangan jalan Banjaran-Pangalengan dan jalan Gunung Puntang. Saat tiba di gerbang Perhutani, sempatkan waktu berhenti sejenak untuk melihat hamparan Plato (lempengan) Bandung dari ketinggian. Kabarnya, di musim penghujan, area Malabar merupakan salah satu daerah konsentrasi hujan.<br /><br /><br />Untuk masuk ke areal perkemahan, dikenakan biaya yang relatif murah. Tiket perorangan 4000 rupiah per hari, sewa lahan per 3 orang 2500 rupiah, sepeda motor 1000 rupiah, sedan/minibus 3000 rupiah sedangkan bus/truk 5000 rupiah. Selain berkemah, aktifitas-aktifitas outdoor seperti forest tracking atau sekedar main air di kali yang jernih dapat menjadi pilihan bagi pengunjung. Sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 100 meter dapat menjadi target alternatif dengan cara melakukan perjalanan selama 2 jam menembus hutan. Untuk mencapai lokasi Curug Siliwangi ini, sebaiknya menggunakan jasa pemandu arah setempat agar tidak tersesat.<br /><br />Lahan perkemahan yang ada di kawasan ini cukup nyaman. Sudah tersedia fasilitas MCK (sayang, kurang terurus), rumah kecil milik perhutani (cabin) yang bisa disewa (cukup mewah untuk ukuran “anak gunung”), dan yang paling penting, beberapa warung juga tersedia! Bahkan fasilitas listrik juga sudah masuk.<br /><br />Tidak hanya menawarkan wisata alam yang menyejukkan hati, dikawasan ini terdapat sebuah objek wisata sejarah peninggalan bangsa Belanda yang cukup unik. Pada tahun 1923 area ini merupakan suatu lokasi yang sangat terkenal di dunia karena terdapat sebuah stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis oleh Dr. de Groot. Sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal dikarenakan antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang 2Km, membentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter. Sulit untuk dibayangkan bagaimana cara mereka membangun dengan menggunakan teknologi yang ada pada masa tersebut.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://harimauberekorbabi.files.wordpress.com/2008/06/klv001065257.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 277px;" src="http://harimauberekorbabi.files.wordpress.com/2008/06/klv001065257.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://home.luna.nl/%7Earjan-muil/radio/history/malabar/M4b.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 284px;" src="http://home.luna.nl/%7Earjan-muil/radio/history/malabar/M4b.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br />Pada bagian dasar lembah, dahulu terdapat suatu bangunan yang cukup besar yang berfungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12000 km. Uniknya, mereka bisa mendapatkan lokasi yang sangat ideal, karena arah propagasi struktur antena tersebut memang menuju negara Kincir Angin terebut. Terlebih tempat ini cukup tersembunyi.<br /><br />Uniknya, stasiun ini adalah murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15km) dan Rancaekek (18km). Hebohnya lagi, karena teknologinya masih boros energi, Belanda membangun PLTA di Dago, PLTU di Dayeuh kolot, dan PLTA di Pangalengan, lengkap dengan jaringan distribusinya hanya untuk memenuhi kebutuhan si pemancar ! Pemancar ini antara lain masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (Poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowat gelombang radio dengan panjang gelombang 20 km s/d 7,5 km.<br /><br /><br />Gedung radio pemancar ini bentuknya sangat cantik di masa itu. Sayangnya, saat ini bangunan tersebut hanya tersisa beberapa potong tembok saja, dikarena struktur bangunannya yang terbuat dari separuh kayu dan separuh tembok. Selain sepotong sisa bangunan tadi, ada juga sisa struktur dinding kolam yang saat ini dikenal dengan nama Kolam Cinta. Konon ada kepercayaan, jika sejoli berpacaran di lokasi ini akan membawa dampak bagi kelangsungan hubungan mereka. Kalau mau mendaki, sisa-sisa antena juga masih bisa dilihat dilereng gunung.<br /><br />Selain bangunan utama berupa stasiun radio pemancar, pada area Gunung Puntang ini dahulunya juga terdapat perkampungan yang dihuni oleh awak stasiun pemancara dengan fasilitas yang cukup lengkap. Perkampungan yang dikenal dengan Kampung radio (Radio Dorf) ini juga dilengkapi rumah-rumah dinas petugas, lapangan tenis, bahkan konon gedung bioskop juga tersedia di masa tersebut.<br /><br />Sebuah gua peninggalan Belanda juga bisa ditemukan disini dan bisa ditelusuri dengan mudah meskipun bagian dasar gua cenderung becek pada bagian dalamnya. Mulut gua ini cukup tersembunyi diantara lekukan tanah yang bila diperhatikan secara sekilas mirip dengan wajah harimau.<br /><br />Kembali ke masa sekarang, pada area Gunung Puntang terdapat sebuah fasilitas rekreasi yang tidak kalah menarik. Fasilitas milik swasta ini berupa taman (namanya :Bougenvile) yang di dalamya terdapat 3 villa, 2 kolam renang, tempat bermain anak dan lokasi ini dialiri beberapa stream sungai kecil yang sangat jernih airnya. Kolam renang yang ada meperoleh pasukan air langsung dari mata air yang mengalir terus menerus sehingga selalu jernih, dingin dan bebas kaporit :)<br /><br />Untuk masuk ke lokasi ini kita harus juga membeli tiket masuk dan parkir mobil. Vila-vila yang ada bisa disewa dengan tarif dari 700 ribu sampai 800 ribu rupaih. Jika berminat untuk menyewa seluruh lokasi beserta semua fasilitas yang ada dikenakan biaya sebesar 4 juta rupiah sehari.<br /><br />Sebenarnya Bandung selatan menyimpan banyak potensi wisata sejenis, tapi sayang, pamornya kalah dengan Bandung Utara, apalagi untuk mencapainya umumnya melewai daerah Dayeuhkolot yang terkenal langganan banjir…. Saran saya, coba lewat Cimahi menuju Soreang.<br /><br />Enjoy your vacation ^_^<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-46896009104013861522009-10-31T09:55:00.003+07:002009-10-31T10:08:04.686+07:00Curug Cinulang di Cicalengka<div style="text-align: justify;">Sebagai curug yang terletak di paling jauh dari pusat Kota Bandung mengakibatkan para penggemar olah raga lintas alam dari Bandung menamakannya dengan "Curug Penjauhna" yang artinya air terjun paling jauh. Meskipun demikian curug ini lebih populer dengan nama Curug Cinulang. Lokasi curug Cinulang ini berada dekat dengan perbatasan antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut dengan jarak sekitar 38 km dari Kota Bandung ke arah Timur. Selepas tol Cileunyi dari arah Bandung, anda harus berjalan sejauh kurang lebih 11 km ke arah Kabupaten Garut, nanti akan terdapat sebuah papan penunjuk lokasi wisata Curug Cinulang untuk kemudian berjalan lagi sejauh kurang lebih 2,5 km lagi ke arah timur sebelum akhirnya tiba di lokasi.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />Meskipun letaknya cukup jauh, pengunjung yang datang ke lokasi ini cukup banyak juga mengingat curug ini mempunyai ketinggian dan debit air yang cukup besar. Liburan akhir tahun 2004 lalu, pengunjung objek wisata ini sangat banyak sekali. Puluhan mobil nampak berjejer hingga keluar dari areal parkir yang memang tidak terlalu besar untuk menampung semua mobil yang datang berkunjung. Pengunjung yang didominasi kaum muda-mudi ini nampak datang secara berpasangan maupun bergerombol menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari area parkir pengunjung mesti berjalan kaki sejauh +/- 100 meter untuk mencapai lokasi air terjun. Sepanjang perjalanan, banyak sekali warung-warung penjual makanan maupun aksesories di kanan-kiri jalan. Jumlah pengunjung yang "membludak" saat itu ditambah dengan kondisi jalan tanah licin karena basah terkena tetesan air yang berasal pakaian pengunjung sehabis bermain air, diperluka kewaspadaan yang tinggi saat menuruninya agar tidak tergelincir.<br /><br />Sesampai dibawah, terlihat sekali bahwa terdapat 2 air terjun dilokasi wisata ini. Satu buah air terjun utama mengalir dengan derasnya "didampingi" air terjun lain yang merupakan pecahannya dengan debit air yang jauh lebih kecil. Sementara yang satu lagi berjarak 30 meter lagi kearah barat dan mengalir dari dinding tebing yang berada di selatan. Air yang kedua ini juga tidaklah sebesar dan sederas air terjun pertama dan memiliki ketinggian yang sedikit lebih rendah. Begitu derasnya air terjun yang mengalir di air terjun utama, mengakibatkan tidak seorang pengunjungpun yang berani bermain air atau menikmati limpahan air terjun ini tepat dibawahnya. Umumnya pengunjung lebih memilih bermain air dengan jarak 5 meter dari kolam limpahan air. Sebagian lagi menikmati air terjun dari jembatan yang melintasi sungai yang tentunya semakin mempersulit pengunjung lainnya bila ingin menyeberangi sungai melalui jemabatan tersebut karena lebar jembatan itu sendiri hanya sekitar satu meter.<br /><br />Selain menikmati air terjun, pengunjung yang datang umumnya juga mencoba mendaki bukit yang terletak diseberang sungai. Ketika saya mencoba mendaki menyusuri jalan setapak yang ada, di kanan kiri jalan masih banyak juga terdapat warung-warung kecil yang tak henti-hentinya menyapa sambil menawarkan dagangannya. Cukup melelahkan mendaki bukit kecil ini, untungnya jalan setapak yang ada, berada dibawah rindangnya pohon sehingga mampu meredam panasnya matahari yang bersinar cukup terik siang itu. Rupanya dibagian atas tepat disamping sungai dari air terjun utama terdapat lokasi bermain bagi anak-anak. Lokasi permainan anak yang sederhana, karena terdiri dari sebuah ayunan dan bangunan "panjat-tangkas". Bila diperhatikan seksama seharusnya terdapat tiga buah ayunan namun yang dua rupanya telah lepas/rusak :( Beberapa anak kecil nampak bersemangat bermain dilokasi ini, tanpa menghiraukan sinar matahari yang cukup menyengat karena lokasi bermain terltak di area terbuka tanpa ada pohon/tanaman yang menaunginya.<br /><br />Mungkin bila wisatawan yang datang berkunjung tidak sebanyak saat itu, saya bisa lebih menikmati suasana alam dan lebih bebas bermain air tanpa perlu berdesak-desakan dengan pengunjung lain. Saat itu yang bisa dilakukan hanyalah mencoba menikmati air terjun dari kejauhan diantara riuh-rendahnya teriakan pengunjung yang sedang asik bermain air.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK7Hqs0J9ylXTXCNqBnnDMkbDeqLIJxnmbDRng4ytcPEsUBPi1fpvw5SjvdHCjZuu9hGqQbjF-RhQISschtpKy1jIIdVBTi0JxUtqrPbrNIfKiOBr-lFLvFar1zErwcqh-5uzD2NbS77k/s320/cinulang.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 241px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK7Hqs0J9ylXTXCNqBnnDMkbDeqLIJxnmbDRng4ytcPEsUBPi1fpvw5SjvdHCjZuu9hGqQbjF-RhQISschtpKy1jIIdVBTi0JxUtqrPbrNIfKiOBr-lFLvFar1zErwcqh-5uzD2NbS77k/s320/cinulang.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuULCqg1FRRqgZ38q6dNDd4Svf1k3_1rdc5kC8mZrGsj9OdCnkU1t_Yltl987_YBFOFGoJ3wlrSU57GymiQnZ5BDtMQm-pWhOloIc0ZXlxyR9oJ3V-M2k8jSuzqsHSApLFhg6OgZVAhjE/s400/curug+madi+01.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 257px; height: 329px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuULCqg1FRRqgZ38q6dNDd4Svf1k3_1rdc5kC8mZrGsj9OdCnkU1t_Yltl987_YBFOFGoJ3wlrSU57GymiQnZ5BDtMQm-pWhOloIc0ZXlxyR9oJ3V-M2k8jSuzqsHSApLFhg6OgZVAhjE/s400/curug+madi+01.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge40-IwUFKuDMwE0XYpL7iVhz9736HuCXR2GUK8dwf9_oBDbLJcIA9RYfAqtHBjm4cAslNUwpH35-bU9qWuX4HCv7cRkqbqJCql1EFIak5RqThiOgo68q7ARqHRgpXZXs_f9Fubu8Wf44/s320/curug.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 299px; height: 224px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge40-IwUFKuDMwE0XYpL7iVhz9736HuCXR2GUK8dwf9_oBDbLJcIA9RYfAqtHBjm4cAslNUwpH35-bU9qWuX4HCv7cRkqbqJCql1EFIak5RqThiOgo68q7ARqHRgpXZXs_f9Fubu8Wf44/s320/curug.jpg" alt="" border="0" /></a><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-13601512788696122212009-10-31T09:31:00.002+07:002009-10-31T09:50:35.666+07:00Ada Candi di Kabupaten Bandung ???<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.pikiran-rakyat.com/foto/tgl_22_01_2009/bojo.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 220px;" src="http://www.pikiran-rakyat.com/foto/tgl_22_01_2009/bojo.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Kabupaten Bandung memiliki situs purbakala dalam bentuk candi. Tidak semua orang tahu tentang hal ini. Umumnya candi-candi yang ada di pulau Jawa ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Belakangan, baru ditemui pula beberapa candi di wilayah Jawa Barat seperti apa yang terdapat di Batujaya (Karawang) dan Cangkuang (Garut). Baru pada bulan Agustus 2002, secara tidak sengaja seorang warga di Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek yang hendak mencari tanah guna menguruk gang yang tidak rata tanahnya, menemukan sebuah rongga tanah yang di sekelilingnya terdapat tumpukan batu yang tertata rapi. Penemuan tumpukan batu tersebut akhirnya diputuskan sebagai bagian dari suatu candi oleh para arkeologi, semenjak saat itu dilokasi tersebut dilakukan ekskavasi untuk penemuan dan penelitian lebih lanjut.<br /><br />Dugaan awal oleh para ahli arkeologi Candi Bojongmenje merupakan peninggalan dari abad ke 7. Bila hal itu benar, maka Candi Bojongmenje memiliki usia yang jauh lebih muda dibandingkan Candi di situs Batujaya yang merupakan peninggalan abad ke 2, namun memiliki umur hampir yang sama dengan Candi Dieng - Wonosobo. Bahkan menurut Timbul Haryono, umur Candi Bojongmenje bisa jadi lebih tua dibandingkan dengan Candi Dieng. Sambil menunjuk sejumlah bebatuan yang ditemukan oleh tim ekskavasi, Timbul Haryono mengungkapkan, indikasinya adalah tidak ditemukannya halfround atau bebatuan dengan profil yang setengah lingkaran. Tapi yang ada hanyalah bebatuan dengan profil segi panjang dan bingkai padma.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/a/a9/Bojongmenje_2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 299px; height: 224px;" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/a/a9/Bojongmenje_2.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Dikemukakannya, Candi Bojongmenje yang diduga luasnya sekitar enam kali enam meter ini merupakan petunjuk di daerah tersebut pernah ada perkampungan masyarakat tertentu. Artinya, masyarakat tersebut merupakan bagian kecil dari sebuah struktur kerajaan pusat yang besar yang ditandai antara lain dengan berdirinya candi-candi berukuran besar sebagai tempat suci ibadahnya.<br /><br />Karena itulah, diduga kuat selain di Bojongmenje, ada pula candi-candi sejenis yang didirikan oleh masyarakat tersebut sebagai tempat ibadahnya. Indikasi tersebut kian kuat dengan adanya aliran sungai Cimande dan sungai Citarik yang letaknya tak jauh dari lokasi Candi Bojongmenje. Bahkan ada informasi, sekitar dua kilometer dari lokasi Candi Bojongmenje ada pula mata air panas.<br /><br />Menyinggung soal adanya batu ambang dengan corak dua lobang, Timbul memperkirakan batu ambang tersebut merupakan bagian dari relung candi. Begitu pula batu ambang dengan corak satu lobang, disebutkannya sebagai pecahan dari relung candi. Adapun soal temuan berupa batu bata, Timbul menilai, batu bata tersebut berusia tua dan merupakan bagian dari dalam "tubuh" candi yang bebatuannya tak terstruktur secara baik.<br /><br />Dengan penemuan Candi Bojongmenje ini bisa jadi akan mengubah fakta sejarah. Fakta tersebut antara lain tentang arah penyebaran budaya di Pulau Jawa dari timur ke barat, menjadi sebaliknya yaitu dari barat ke timur. Hal itu berdasarkan temuan-temuan arkeologi yang menunjukkan bahwa Candi Bojongmenje lebih tua dibandingkan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau paling tidak setara dengan candi tua di Dieng Jawa Tengah.<br /><br />Penemuan Candi Bojongmenje tentu sangat membanggakan urang Sunda yang selama ini perannya dalam panggung sejarah percandian kurang terperhatikan. Bernert Kempers seorang pakar arkeologi dari Belanda juga hanya membagi masa klasik di Jawa menjadi masa klasik Jawa Tengah dan masa klasik Jawa Timur. Berdasarkan pembabakan itu, dikatakan bahwa masa klasik di Indonesia terbagi menjadi klasik tua untuk periode Jawa Tengah dan masa klasik muda untuk periode Jawa Timur.<br /><br />Pendapat itu perlu ditinjau ulang karena tidak menyebut peran orang Sunda dalam sejarah bangnunan percandian. Padahal, bukti-bukti epigrafis menunjukkan bahwa di wilayah Tatar Sunda telah ada pusat kerajaan Hindu yaitu Tarumanagara. Di samping itu, perkembangan penelitian arkeologi di wilayah Tatar Sunda mulai muncul penemuan candi. Oleh karena itu, penemuan Candi Bojongmenje diharapkan akan membuka tabir percandian di Tatar Sunda menjadi lebih terang.<br /><br />Melongok lokasi dimana Candi Bojongmenje berada, memang cukup memperhatikan. Untuk menuju lokasi candi ini mesti melewati sebuah gang sempit dengan tembok pagar pabrik yang menjulang tinggi. Tempat ditemukannya candi ini sendiri menempel dengan tembok pagar pembatas pabrik. Sehingga masih terdapat kendala jika ingin menggali lebih ke utara lagi, yang hal tersebut berarti butuh melakukan penggalian dihalaman area pabrik. Konon harga tanah disekitar candi ikut mengalami kenaikan hingga dua kali lipat. Nampaknya proses ekskavasi dan pembangunan kembali bangungan candi bakal masih jauh dari selesai.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/32/Bojongmenje_1.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 299px; height: 224px;" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/32/Bojongmenje_1.jpg" alt="" border="0" /></a><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-48323276178842854362009-10-31T09:02:00.002+07:002009-10-31T09:30:37.316+07:00The Legend of Situ Patenggang<div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Legenda</span><br />Kawasan ini memiliki sebuah legenda sehingga muncul nama Situ Patenggang. Sejarah atau mitos tentang Situ ini muncul ke permukaan disebabkan karena seorang pangeran dan seorang putri yang saling jatuh cinta. Namun perjalanan cinta mereka tidak semulus dan seindah yang dibayangkan oleh keudanya karena dipisahkan oleh keadaan. Sehingga air mata mereka membentuk sebuah situ atau danau. Selanjutnya danau itu dinamai dengan situ patenggang yang diambil dari kata pateangan-teangan yang berasal dari bahasa sunda yang artinya saling mencari-cari.<br /><br />Pada akhirnya mereka dapat berkumpul kembali pada sebuah batu di situ tersebut yang diberi nama batu cinta. Konon siapapun yang pernah berkunjung dengan pasangannya, maka cinta mereka akan abadi.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://divi4fun.files.wordpress.com/2008/01/situ-patenggang_gal_31.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 285px;" src="http://divi4fun.files.wordpress.com/2008/01/situ-patenggang_gal_31.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Gambaran Umum</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://chiba1987.files.wordpress.com/2008/04/situpatenggang-3.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 284px;" src="http://chiba1987.files.wordpress.com/2008/04/situpatenggang-3.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Berada pada ketinggian sekitar 1600 m dari permukaan laut, Situ Patenggang memiliki panorama yang memikat. Hamparan hijau kebun teh laksana karpet alam, ditambah lagi dengan udara yang dingin dan bersih serta matahari yang hangat, memberi kesan damai dan ketenangan sendiri bagi pengunjungnya. Dari pinggir jalan menuju lokasi yang tenang, nampak sebuah danau berada dibalik perkebunan teh diantara sela-sela pepohonan yang menjulang tinggi. Udara di situ patenggang ini sangatlah dingin sekali, sangat pas jika kita menggunakan jaket agar badan kita tidak kedinginan.<br /><br />Danau Patenggang atau lebih dikenal dengan nama Situ Patenggang oleh masyarakat setempat, menempati areal seluas 150 Ha. Dulunya kawasan ini merupakan kawasan cagar alam atau taman nasional, namun pada tahun 1981 telah resmi berubah menjadi sebuah taman wisata.<br /><br />Untuk menikmati objek wisata ini terdapat fasilitas perahu yang bisa disewa untuk mengelilingi sebuah pulau kecil yang berada dibagian tengah danau yang bernama Pulau Sasuka. Pulau ini tampak rindang dengan banyaknya pohon-pohon tinggi yang tumbuh didalamnya. Sementara diseberang danau terdapat lokasi yang cukup menarik yang diberi nama Batu Cinta yang konon dipercayai akan memberi kelanggengan cinta bagi pasangan yang datang berkunjung ke lokasi tersebut.<br /><br />Perahu yang tersedia ini cukup banyak jumlahnya, dan dalam kondisi yang bagus atau terawat saat saya berkunjung kesana. Warna perahu yang cerah cukup kontras atau menyolok sekali dengan lingkungan sekitarnya yang didominasi warna hijau. Fasilitas sarana transportasi air yang disewakan di tempat ini berupa penyewaan perahu dayung, perahu boat dan sepeda air dengan harga yang masih bisa dinegosiasikan dengan pemiliknya. Terdapat pula fasilitas gazebo maupun tempat-tempat duduk tanpa atap yang terbuat dari semen untuk keperluan menikmati panorama sekitar dari tepi danau. Urusan makananpun bukanlah suatu hal yang sulit dikarenakan banyaknya warung penjual makanan yang berderet dekat dengan areal parkir.<br /><br />Untuk menuju kawasan ini tidaklah sulit. Karena sudah ada jalan aspal sampai menuju kawasan tersebut. Bahkan jika tidak membawa kendaraan, bisa juga menggunakan fasilitas angkutan umum dari terminal Ciwidey dengan tariff Rp. 5.000,- perorang termasuk tiket masuk (tiket masuk perkepala Rp. 1.000,-). Hal ini akan berbeda jika pengunjung menggunakan kendaraan pribadi (baik roda 2 maupun roda 4) atau dengan menggunakan bis rombongan. Kondisi jalan yang sudah rata (diaspal), mempermudah pengunjung untuk datang ke kawasan tersebut. Disepanjang jalan menuju Situ Patenggang terpampang hamparan hutan dan kebun tehnya. Perkebunan strawbery juga banyak ditemui selama perjalanan. Umumnya perkebunan strawbery tersebut menyediakan fasilitas bagi pengunjung untuk memetik sendiri buah strawberry dari pohonnya yang ditanam pada kantong-kantong plastik.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://nuranitour.files.wordpress.com/2009/03/patenggang_0207.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 252px;" src="http://nuranitour.files.wordpress.com/2009/03/patenggang_0207.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm4.static.flickr.com/3120/2787475707_dc96b80dc2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 380px; height: 253px;" src="http://farm4.static.flickr.com/3120/2787475707_dc96b80dc2.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br />LOKASI : Rancabali, Bandung ( ke arah ciwidey, terus lagi )<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5832959468310207634.post-28458649487219007712009-10-31T08:09:00.003+07:002009-10-31T08:59:56.790+07:00Kecantikan "Maribaya"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://aditara.web.id/wp-content/uploads/2009/02/maribaya.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 343px; height: 256px;" src="http://aditara.web.id/wp-content/uploads/2009/02/maribaya.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br /><div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" >Sekilas tentang Sejarah Maribaya</span><br />Maribaya berasal dari nama seorang perempuan sangat cantik yang menjadi sumber kehebohan bagi kaum laki-laki. Saking terpesona oleh kecantikannya, pemuda-pemuda di kampungya sering cekcok sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi pertumpahan darah. Itulah gambaran keindahan Maribaya tempo dulu. Karena keindahan dan kenyamanan wilayah itu, lokasi pemandian air hangat itu diabadikan dengan nama Maribaya. Keelokan pemandangan disertai desiran air terjun digambarkan bagai seorang gadis cantik jelita yang membuat setiap pemuda bertekuk lutut. Namun, apakah objek wisata Maribaya saat ini masih seperti dulu yang membuat setiap orang ingin menyambanginya ?<br /><br />Sejak mulai dikembangkan tahun 1835 oleh Eyang Raksa Dinata, ayah Maribaya, lokasi objek wisata itu berhasil mengubah kehidupan Eyang Raksa Dinata yang sebelumnya hidup miskin menjadi berkecukupan. Banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut. Mereka tidak hanya datang untuk berekreasi menghirup udara segar alam pengunungan dan perbukitan, tetapi banyak juga yang berobat dengan cara berendam di air hangat.<br /> <br />Eyang Raksa Dinata yang sebenarnya hanya ingin menghindari pertumpahan darah di kampungnya, malah mendapat berkah kekayaan setelah mengelola sumber air panas mineral yang dapat dipergunakan untuk pengobatan itu. Keluarga Maribaya memperoleh penghasilan dari para pengunjung yang datang berduyun-duyun.<br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:130%;" ><br />Gambaran Umum</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.westjavalive.com/image/maribaya-lembang.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 351px; height: 263px;" src="http://www.westjavalive.com/image/maribaya-lembang.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Maribaya memang merupakan salah satu objek wisata andalan bagi pemda Kabupaten Bandung. Objek wisata ini dulu terkenal dengan pemandaian air panasnya, namun belakangan ini jadi tenggelam setelah objek wisata pemadian air panas Sari Ater - Subang di buka. Lokasi wisata Sari Ater jauh lebih strategis karena berada di jalan raya Bandung-Subang. Pengunjung tak perlu repot-repot sengaja masuk ke jalur wisata dan melewati Pasar Lembang yang semerawut, seperti jika hendak mengunjungi Maribaya.<br /><br />Selain sebagai tempat wisata pemandian air panas, dilokasi ini juga terdapat air terjun yang cukup besar. Curug Omas, dengan ketinggian kurang lebih 30 meter nampaknya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung kesana. Adanya fasilitas dua jembatan pengamat dari sisi bagian atas dan bawah juga memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk bisa lebih leluasa menikmati air terjun tanpa perlu takut menjadi basah.<br /><br />Pengunjung bisa juga "bermalas-malasan" di areal sekitar air terjun sambil tiduran diatas tikar yang disewakan oleh penjaja cilik. Penjaja cilik itu juga dengan sigap membantu memesankan makanan yang diinginkan pengunung kepada penjual makanan yang berada di sekitar. Udara yang dingin dan pepohonan yang rindang ditambah pula dengan gemuruh suara air terjun dari kejauhan, menjadikan objek wisata ini ramai dikunjungi dihari-hari libur atau akhir pekan.Sekelompok anak muda saat itu tampak bersenda gurau dibawah sebuah limpahan air terjun. Beberapa pose "konyol" nampak jelas mengiringi saat dilakukan pengambilan gambar oleh salah seorang rekannya. Baju yang basah terkena biasan air terjun, malah semakin mengeraskan suara tawa dan senda guaru mereka.<br /> <br />Disudut lain tampak sekelompok pengunjung tengah asik memberi makan kepada kera liar yang ada pada lokasi wisata ini. Kera-kera tersebut terkadang cukup berani untuk mendekati pengunjung, mengharapkan lemparan makanan dan saling berebutan dengan kera lainnya. Jerit anak kecil yang berteriak kegirangan melihat polah kera-kera tersebut menambah ramai suasan yang ada. Namun ada pula yang tampak bersembunyi dibalik kaki orang tuanya ketika seekor kera mencoba mendekati.<br /><br />Secara keseluruhan, dari pengamatan saya, objek wisata Maribaya nampaknya lebih banyak dikunjungi sebagai objek wisata air terjun daripada objek wisata pemandian air panas. Memang masih terdapat pengunjung yang memanfaatkan air panas yang ada di objek wisata ini sebagai salah satu pengobatan alternatif terhadap beberapa jenis penyakit, namun bila dilihat secara sekilas, pengunjung yang datang cenderung lebih menikmati pesona air terjun atau bersantai-santai dibawah rindangnya pepohonan. Kebanyakan yang memanfaatkan air panas itu adalah anak-anak, karena kolam air panas itu di sajikan dalam bentuk kolam renang dan kolam renang sangatllah disukai oleh anak-anak, oleh karena itu lebih banyak anak-anak yang memakai kolam air panas tersebut daripada orang tuanya.<br /><br />Enjoy your vacation ^_^<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1