Tentang Hotel La Fasa

UMUM :

Hotel La Fasa mengutamakan kebersihan, kenyamanan dan keramahtamahan dengan suasana yang asri yang membuat anda merasa menginap dirumah sendiri.

LOKASI :

Lokasi sangat strategis karena berada di daerah kampus seperti IPDN/Institut Pemerintahan Dalam Negeri; UNPAD/Universitas Pajajaran; IKOPIN/Institut Koperasi Indonesia dan UNWIM/Universitas Winaya Mukti.

Mudah dicari karena terletak dipinggir jalan Raya Jatinangor 54 Jatinangor, Sumedang - 45363 (depan kampus IPDN/Institut Pemerintahan Dalam Negeri), telepon/facsimile 022 – 7781515 yang menghubungkan kota Bandung – Cirebon. Sangat gampang dicapai karena memerlukan waktu hanya 5 menit dari pintu tol Cileunyi. Transportasi umum disekitar Jatinangor dan ke/dari kota Bandung ada beberapa pilihan dan tersedia cukup banyak.

FASILITAS :

Menyediakan 33 kamar yang terdiri dari Family, Deluxe, Superior dan Standard dengan fasilitas AC/Air Conditioner, kipas angin, Air panas, TV Satelit Parabola, Breakfast.

KETENTUAN YANG BERLAKU :

1. Tidak menerima tamu short time

2. Dilarang menerima tamu lain jenis yang bukan muhrim (suami/istri) di kamar.

3. Dilarang membawa senjata tajam, minuman keras, hewan peliharaan dan berjudi.


Datang dan tinggalah bersama kami, terima kasih

Hormat kami,



Mutun Beach in Lampung Selatan





Pantai ? Yah, pantai merupakan salah satu tujuan pariwisata di Propinsi Lampung selain objek wisata Way Kambas yang cukup kondang dengan penangkaran gajahnya. Biasanya kalau kita ingin mengunjungi wisata pantai di Lampung, selalu direkomendasikan untuk mengunjungi pantai Kalianda dan Pasir Putih. Kedua objek wisata pantai tersebut memang sudah cukup terkenal dan selalu menjadi target utama yang akan dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Lampung. Namun sebenarnya Lampung memiliki banyak potensi wisata yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan pantai Kalianda dan Pasir Putih.

Jika kita menyusuri jalur yang menuju ke Padang Cermin atau tempat latihan angkatan laut, maka selama perjalanan tersebut kita bisa menemui beberapa pantai yang layak dikunjungi, salah satunya Pantai Mutun. Pantai ini letaknya kurang lebih 25 km arah barat daya dari kota Bandar Lampung. Kondisi jalan menuju lokasi, masih berupa aspal mulus dan sepanjang perjalanan tersaji pemandangan yang cukup indah untuk dinikmati. Letak pantai ini sendiri berada di sebelah kiri dari jalan utama, sebuah papan penunjuk objek wisata bertuliskan "Pantai Mutun 1km" yang dibuat ala kadarnya dari sebuah papan triplek, merupakan satu-satunya penunjuk jalan menuju lokasi pantai.


Mungkin karena belum terlalu dipublikasi maka jalan masuk ke pantai ini belumlah bagus. Jalan yang ada terbuat dari tanah dengan batu-batuan kasar yang tidak menutup kemungkinan saat terjadi hujan akan menyajikan kubangan-kubangan air disana sini. Untungnya, jalan rusak ini tidak terlalu jauh yakni hanya kira-kira sekitar 1 km dari jalan utama. Untuk masuk ke Pantai Mutun dikenakan biaya sebesar Rp. 2500,- per orang dan Rp. 5000,- untuk mobil, yang boleh dibilang masih cukup murah sebagai uang tiket tempat wisata.

Hamparan pantai berpasri putih dengan laut biru berombak tenang tampak mendominasi objek wisata ini. Suatu kombinasi warna yang jarang bahakan sulit ditemui dipantai-pantai pulau jawa terlebih di jakarta. Di pantai ini, oleh penduduk setempat juga disediakan tempat-tempat yang bisa disewa untuk istirahat, tetapi bagi yang berniat untuk berenang atau mandi dilaut, penulis menyarankan untuk menyeberang ke pulau kecil yang ada diseberang pantai, pulau tersebut bernama Pulau Tangkil. Untuk menyeberang ke pulau tersebut banyak tersedia perahu-perahu yang siap mengantarkan kita, cukup dengan uang Rp. 2000,- kita akan diantarkan pulang pergi kepulau tersebut. Jangan lupa untuk membikin janji dengan yang punya perahu kapan kita ingin dijemput.

Selain Pantai Mutun, ada juga Pantai Kelara (Kelapa Rapat) letaknya kurang lebih 10 Km dari Mutun, sayangnya air di pantai ini tidak terlalu jernih namun karena dilokasi ini banyak pohon kelapa maka cukup nyaman digunakan sebagai tempat beristirahat.

Benteng Pendem Cilacap




wah untung saja kita tidak merasakan seramnya dan menakutkannya berada di dalam benteng tersebut, berterimakasihlah kepada pejuang-pejuang kita, dengan perlawanan mereka, akirnya kita bisa bebas dari penjajahan. MERDEKA !!

Kalau ada orang bertanya, tempat apa yang menarik untuk dikunjungi ketika berkunjung ke Cilacap ? selain Nusakambangan, Teluk Penyu yaitu Benteng Pendem. Benteng yang terletak di salah satu sudut kota Cilacap ini sangatlah menarik dan mudah untuk dikunjungi.

Hanya bertanya sekali saja ketika memasuki Kota Cilacap kami sudah bisa menemukan lokasi Benteng Pendem. Letaknya yang bersebelahan persis dengan Teluk Penyu, semua penduduk pasti tahu lokasi benteng ini. Setelah berkeliling-keliling kota Cilacap, kami mencoba berspekulasi untuk ke Benteng Pendem apakah masih buka atau tidak. Ternyata ketika kami sampai disana jam empat sore, masih terlihat petugas dan mengatakan kalau waktu berkunjung sampai dengan jam enam sore.

Benteng yang dibangun oleh Belanda antara tahun 1861-1879 M ini memilki luas asli 10.5 hektare. Namun ternyata sejumlah 4 hektare diambil oleh pertamina untuk pembangunan salah satu fasilitasnya didaerah tersebut. Benteng ini sempet terpendam tanah beberapa waktu lamanya, sebelum akhirnya ditemukan pada tahun 1986 dan mulai digali pada tahun 1987. Semenjak itu benteng ini dibuka untuk para pengunjung dan para peneliti yang ingin berkunjung ke benteng ini.


Karena sore itu langit mendung dan suasana sore yang mulai temaram, membuat suasana khas benteng kuno yang gagah, misterius, seram dan indah bercampur aduk jadi satu. Pak Slamet, salah satu penjaga benteng pun mengantar kami untuk berkeliling-keliling benteng ini. Barak pertama yang kami jumpai adalah barak peristirahatan para pekerja paksa yang sudah bekerja di siang hari dan malam harinya tidur di barak ini. Barak yang berbentuk setengah lingkaran ini memang unik dan indah, karena bentuk kunonya serta disekitar lokasi nampak terawat dengan baik.

Setelah barak peristirahatan masuk ke dalam lagi adalah tempat meriam, dengan lubang-lubang meriamnya kea rah laut siap untuk menyerang musuh yang datang. Sedangkan meriam-meriamnya sendiri sudah tidak ada, entah diambil oleh orang Belandanya sendiri atau oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Diseberang tempat meriam adalah ruang klinik, adalah ruang pengobatan buat para pekerja yang mengalami sakit.


Masih searah dengan dengan ruang klinik adalah ruang dapur dan ruang penjara. Keunikan lain dari benteng ini adalah, dulunya kapal bisa langsung masuk ke dalam benteng ini, terbukti dengan adanya sungai buatan yang langsung tembus ke laut lepas. Setelah lelah berkeliling-keliling di Benteng Pendem, kita bisa beristirahat di Teluk Penyu.

Teluk Penyu

Dari namanya pasti kita akan berfikir kalau teluk ini adalah markasnya penyu, ternyata sekarang ini kita sudah tidak bisa menemukan penyu di pantai ini. Ini semua karena habitat teluk penyu telah berubah menjadi pelabuhan bagi para nelayan setempat untuk menyimpan perahunya. Selain itu warung-warung seafood pun banyak berdiri di sepanjang pantai ini. Sehingga kita bisa menikmati sunset di pantai ini sambil menikmati lezatnya makanan laut ang disediakan oleh warung-warung di sepanjang pantai.





Batik Pesisir adalah salah satu motif batik tulis khas Pekalongan yang telah dikembangkan dan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan dan permintaan konsumen. Pengrajin Batik Pesisir terkonsentrasi didesa Kemplong, Wiradesa, tepatnya belok kanan (dari arah Jakarta) dipersimpangan Wiradesa.

Proses pembuatan Batik Pesisir bervariasi, berkisar antara 1 sampai 6 bulan, tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksnya komposisi warna. Hargapun bervariasi antara Rp 1 juta sampai Rp 6 Juta.

Atas kebaikan sdr Taufik Hidayat, Koordinator Pemasaran batik dari Toko/Butik Batik “Failasuf”, saya mengunjungi sentra pengrajin Batik Pesisir didesa-Kemplong.

Proses pembuatan batik dimulai dengan bahan baku. Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat Batik Pesisir ada 2, yaitu: Mori Katun - Rayon (Polyester) - Sutra.

Bahan baku ini dicuci dengan memasukkan bahan-bahan tersebut kedalam tungku air panas, untuk menghilangkan bahan-bahan kimia (auxillaries) yang dipergunakan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.


Setelah proses ini dilakukan pengeringan dan pelurusan, bahan ini dikirim kebagian pola, untuk digambarkan pola/designnya.

Setelah diberikan pola/design sesuai dengan rencana produksi, maka bahan Batik Pesisir yang telah berdesign itu dikirimkan kebagian pengrajin batik tulis.

Proses pembuatan batik memang rumit, dengan beberapa kali proses pewarnaan pola/design, dimana setiap pemberian warna tertentu, bagian lainnya harus ditutup dengan wax (malam) supaya tidak terwarnai. Proses pewarnaan ini bisa sampai sepuluh kali, bahkan lebih, sesuai dengan tingkat kesulitan maupun pola/design warnanya.


Dapat dilihat pada gambar diatas, proses pewarnaan dan cara memegang “canting” yang bervariasi, sebagaimana setiap orang berbeda dalam hal menulis dengan tangan.

Proses canting ini juga unik, dimana setiap memulai “penulisan” pada pola/design dengan menggunakan wax (malam), ujung canting harus ditiup untuk mendorong “buble” udara yang bisa memblok alur/jalannya wax melalui ujung canting tersebut.

Disamping design yang tradisional, batik Pesisir mempunyai beberapa design yang disukai sejak dulu, yaitu design Belanda, Cina dan Jepang.

Para pengrajin mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 9.000.- per hari dan banyak diantara mereka yang “drop-out” SMP. Meski demikian, mereka nampaknya gembira dan senyum selalu.

Pantai Tambakrejo





Pantainya lumayan bersih, air lautnya biru, pasirnya putih membentang berbentuk sebuah teluk dengan panjang kurang lebih sepuluh kilometer. Ombaknya pun tidak terlalu besar, sehingga bagi anda yang punya hobi mandi, bisa mandi sepuas-puasnya di pantai ini.


Adalah sebuah ketidaksengajaan ketika kami sampai ke Pantai Tambak Rejo. Ketika berada di tengah perjalanan dari arah Kediri ke Blitar ada papan petunjuk kearah Pantai Tambak Rejo, langsung saja kami membelokkan kendaraan menuju pantai tersebut. Agar yakin, kami berhenti sebentar untuk bertanya kepada orang di jalan, seberapa jauh jarak pantai tersebut dari jalan arteri. Orang tersebut mengatakan, hanya perlu waktu setengah jam dari sini untuk mencapai Pantai Tambak Rejo.

Akhirnya kami teruskan perjalanan, mula-mula jalan yang kami lalui lebar dan datar, namun lama-lama jalanan yang kami lalui menyempit hanya cukup untuk satu mobil dan satu motor. Menjelang pantai, kami melalui bukit-bukit yang amat tandus, hutan-hutan jati yang meranggas daunnya dan bukit-bukit kapur yang kering. Melihat jarum jam, ternyata kami sudah hampir satu jam melewati jalan-jalan sempit tersebut, namun Pantai Tambak Rejo belum kelihatan juga.

Lima belas menit kemudian, pintu gerbang pantai sudah kelihatan, dan beberapa petugas menghampiri. Ternyata waktu tempuh kami hampir satu jam lima belas menit dari jalan arteri Kediri-Blitar. Sebetulnya jarak tempuhnya hanya sekitar dua puluh tiga kilometer, namun kami tidak bisa memacu kendaraan dengan cepat karena jalan yang sempit dan banyaknya motor dari lawan arah yang kadang muncul tiba-tiba dari balik bukit.

Tak jauh dari pintu masuk, kami sudah bisa melihat air laut yang biru dengan pasir putihnya. Langsung saja kami berputar-putar mengelilingi pantai dengan jalan kaki untuk merasakan butiran-butiran halus pasir pantai. Terlihat ada beberapa orang yang menyewakan ban untuk berenang, juga beberapa perahu yang siap mengantar kita berkeliling di sekitar pantai.


Karena ingin merasakan goyangan air laut, kami memilih naik perahu untuk menghilangkan penat selama perjalanan dengan kendaraan bermotor. Ongkos naik perahu hanya lima rubiah per orang, dimana kapasitas maksimal perahu adalah sepuluh orang. Setelah berkeliling beberapa saat, kami melewati Pasetran Gondo Mayit. Konon ceritanya, tempat ini adalah termasuk tempat keramat, dan banyak didatangi orang untuk sekedar melihat ataupun dengan maksud lainnya.

Selesai naik perahu, kami sempatkan melihat-lihat tempat pelelangan ikan. Pada saat kami datang , ikan-ikan segarnya tinggal sedikit karena hari sudah siang. Bagi anda yang suka ikan segar bisa datang lebih pagi untuk menikmati seafood dan segarnya hawa pagi Pantai Tambak Rejo. Hari-hari biasa pantai ini sepi dari pengunjung, kecuali hari libur atau hari libur nasonal barulah pengunjung banyak yang datang.

Tak ada salahnya bagi anda yang berkunjung ke Blitar menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Pantai Tambak Rejo. Walaupun minim fasilitas, berkunjung ke ekowisata pantai selalu mendatangkan pengalaman tersendiri.

Teluk Kiluan Lampung







Di sore itu matahari mulai bergerak ke ufuk barat, semburat warna merahnya terlihat indah disela-sela pegunungan bukit barisan. Deru ombak lautan yang terdengar menderu-deru, sayup-sayup melemah ketika menyentuh putihnya pasir Teluk Kiluan. Dipadu dengan kicauan suara berbagai burung, betul-betul kita merasakan perpaduan antara jiwa dengan alam sekitar.


Kurang lebih membutuhkan waktu enam jam lamanya melalui jalan darat untuk mencapai Ekowisata Teluk Kiluan yang terletak di koordinat S5.749252 E105.192740 dari arah Pelabuhan Bakaehuni, atau kurang lebih sekitar 80 km dari Kota Bandar lampung. Dari Bakaeuhuni kita bisa mengikuti jalur lintas timur Sumatera sampai dengan pertigaan arah Pelabuhan Panjang. Kemudian ambil jalur Pelabuhan Panjang, terus ke arah Lempasing, Mutun dan diujung jalur ini kita akan ketemu Teluk Kiluan. Namun sebelum sampai ke teluk ini, perlu perjuangan ekstra keras, karena tidak semua jalur yang kita lalui beraspal.


Mulai memasuki daerah Lempasing, jalannya menyempit, berkelok-kelok dan naik turun. Kita harus ekstra hati-hati dalam mengendarai mobil ketika melalui jalur ini jika tak mau jatuh ke dalam jurang. Walaupun begitu, kita akan disuguhi pemandangan hijau hutan yang terletak di kanan kiri jalan yang menyejukkan mata. Sesekali akan terlihat lautan luas nan biru yang terlihat dari sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui. Tambak udang juga banyak terlihat di sisi kiri jalan yang langsung berhadapan dengan lautan.

Sebelum memasuki desa terakhir dengan jalanan yang dapat dilalui dengan mobil, perkampungan khas Lampung dengan rumah panggungnya menjadi daya tarik tersendiri dalam perjalanan menuju Teluk Kiluan. Setelah itu barulah kita memasuki desa Bawang, dimana jalanan yang kita lalui berubah menjadi jalan tanah yang bergelombang dan berbatu-batu. Kemudian Perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek dikarenakan mobil tidak mungkin bisa melintas lagi. Mobil yang kita bawa pun terpaksa harus dititipkan di balai desa agar aman selama kita pergi ke Teluk Kiluan.Ternyata tidak sulit untuk menemukan tukang ojek di daerah ini, karena memang mereka sudah siap setiap waktu untuk mengantar tamu ke Kiluan.

Menurut Mas Yanto, salah seorang pengojek, “ Yang lebih sering datang adalah orang Bule”. Jadi para pengojek malah lebih sering mengantar tamu bule. Saat saat naik ojek adalah saat yang mendebarkan sehingga memacu andrenalin kita, karena harus melalui jalanan yang yang naik turun sangat curam. Terkadang ada beberapa ruas dimana kita harus turun dari kendaraan agar motor yang kita kendarai bisa naik. Bayangkan saja, kita mesti melalui ( menerabas ) G.Tanggamus ( 1.126 meter ) yang merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Karena dibalik gunung inilah surga tersembunyi “Teluk Kiluan” akan kita temukan.

Pemandangan unik lain juga bisa kita lihat di sepanjang jalan ketika naik ojek ke arah Kiluan. Kurang lebih tiga kilometer sebelum Kiluan ada perkampungan orang Bali, dimana semua kehidupan yang ada di situ persis adanya seperti di Bali. Dari mulai bangunan, tempat ibadah, cara berladang, bermasyarakat sampai dengan proses kehidupan sehari-hari


Akhirnya, setelah kurang lebih hampir 50 menit naik ojek, dan melalui perjuangan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang langsung tercetus dari dalam hati kami ketika menjejakkan kaki di teluk ini. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan bukit barisan dan selingi oleh suara angin laut yang sepoi-sepoi bagaikan nyanyian alam yang menyambut kedatangan para tamunya.

Setelah beberapa menit menikmati keindahan alam, Pak Johan, salah satu sesepuh di Teluk ini menyapa kami dan mengucapkan selamat datang dengan ramahnya. ”Silakan menikmati Ekowisata Kiluan yang sederhana dan apa adanya ini,” Sapa beliau dengan kesederhaannya. Kemudian kami semua menuju pondok yang terletak di pinggir pantai sambil menikmati minuman ala kadarnya yang telah disediakan. Setelah memperkenalkan satu persatu warga yang mengurus teluk ini, kami pun menanyakan banyak hal.

Diantaranya adalah mengenai sejarah atau asal-usul kiluan. Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang awalnya umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka. Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan ajalnya akan tiba.

Suatu hari Raden Mas Arya ditantang tanding oleh seorang warga setempat. Sang penantang ini adalah seorang guru silat dari Kotaagung, Tanggamus. Karena tahu ajalnya akan tiba ditangan Sang Penantangnya, Raden Mas Arya meminta dimakamkan di suatu pulau yang ditunjuknya. Karena itu pulau tempat dimakamkannya Raden Mas Arya dinamakan dengan Kiluan ( bahasa lampung ) yang artinya adalah meminta. Legenda ini dikuatkan dengan adanya semacam tumpukan batu ( mirip makam ) di puncak ketinggian Pulau Kiluan.

Setelah Puas berbincang-bincang dengan Pak Johan tentang sejarah Kiluan, kami pun naik perahu mengelilingi lautan disekitar pulau untuk melepas penat perjalanan dan kemudian mampir di Pulau Kiluan. Ternyata untuk mencapai Pulau Kiluan kita masih harus menyeberang 10 menit lagi dari Teluk Kiluan dengan naik perahu motor. Pulau yang asri, pasir putih, dengan suasana yang hening hanya terdengar deburan ombak, cocok sekali sebagai tempat peristirahatan atau tempat untuk mencari inspirasi-inspirasi baru. Penginapan sederhana yang berbentuk rumah panggung sudah tersedia di pulau ini, yang disediakan untuk para tamu yang ingin menginap. Untuk ukuran sebuah pulau yang terletak di pedalaman, penginapan ini tergolong lumayan bagus yang dilengkapi dengan fasilitas standar.

Tidak hanya menikmati keindahan Kiluan, wisata lain yang dapat dinikmati di kawasan ini adalah menikmati keindahan tarian lumba-lumba. Untuk menikmatinya, kita masih harus naik perahu duapuluh menit ke arah tengah Samudera dari Pulau Kiluan. Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini, spesies pertama adalah lumba-lumba hidung botol ( Tursiops Truncatus ) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah lumba-lumba paruh panjang ( Stenella Longirostris ) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Namun lumba-lumba tersebut jumlahnya makin lama makin turun karena perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Untuk melindungi kekayaan alam yang ada di Kiluan maka didirikanlah Yayasan Cinta Kepada Alam ( Cikal ) yang salah satu misinya adalah menjalin kerjasama kemitraan dengan Pemerintah Daerah, Instansi-instansi, atau lembaga-lembaga yang terkait ( NGO ) di dalam mengembangkan Teluk Kiluan Kelurahan Negeri Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus Propinsi lampung. Dan salah satu tujuan didirikannya yayasan ini adalah Melestarikan satwa-satwa lainnya di sekitar Teluk Kiluan seperti Penyu Sisik ( Eretmochelys Imbricate ), Siamang ( Symphalangus Syndactylus ), Simpai ( Presbythis Melalops ), Beruang Madu ( HelarctosMalayanus ) dan Kukang ( Nycticebus Coucang ).

Selain keunggulan yang dimiliki oleh kiluan, ada beberapa hal yang harus diperbaiki terutama : jalan menuju Teluk Kiluan harus diperbaiki supaya aksesnya lebih mudah. Sarana dan prasarana yang ada di Kiluan sendiri harus diperbaiki, misalkan MCK ( Mandi Cuci Kakus ) dan kelengkapan-kelengkapan lainnya yang berkaitan dengan wisata bahari. Niscaya Teluk Kiluan akan menjadi salah satu primadona wisata Kota Lampung ke depan jika didukung dengan manajemen operasi dan keuangan yang baik

Air Terjun Coban Rondo

Berikut beberapa indahnya air terjun Coban Rondo :

http://ngebolang.files.wordpress.com/2009/07/cobanrondo.jpg

http://www.info4indonesia.com/wp-content/uploads/2008/07/coban-rondo-waterfall.jpg

http://farm4.static.flickr.com/3126/2360386239_8fae326587.jpg

http://sakuja.files.wordpress.com/2009/07/coban-rondo.jpg

Gambaran Umum

Objek wisata Cobanrondo telah berubah, itulah kesan yang saya peroleh setelah lebih dari lima tahun tidak pernah berkunjung lagi kelokasi tersebut. Betapa tidak, dulu waktu berkunjung ke lokasi ini, nuansa alami masih terasa cukup kental ditandai dengan hijau dan wangi pohon pinus beserta dinginnya udara dan air pegunungan. Sekarang, mungkin karena perubahan cuaca global suhu yang ada sudah tidak sedingin beberapa tahun yang lalu. Pepohonan pinus yang ada nampaknya juga mulai dihiasi dengan warna coklat tanda kekeringan :( Air terjun yang mengalir juga tidak sederas dulu lagi, namun masih mampu meberikan daya tarik untuk dikunjungi.

Objek wisata Cobanrondo telah mengalami pembangunan atau pembenahan terhadap berbagai sarana dan prasarana yang ada. Bisa dilihat dari jalan aspal menuju lokasi yang telah dibangun lebih baik dan mulus mulai gerbang masuk hingga ke areal parkir yang saat ini telah mampu menampung berpuluh-puluh mobil. Kedai-kedai makanan juga banyak didirikan dan berjajar rapi ditepi areal parkir. Fasilitas mushola dan kamar kecil juga dibangun dengan cukup baik, memudahkan pengunjung untuk beribadah disela-sela kegiatan wisatanya.


Sekarang, tidak hanya air terjun yang menjadi sentra wisata di lokasi ini. Pembangunan lokasi bermain untuk anak-anak dan kebun binatang mini nampaknya bisa menjadi alternatif dan mampu sedikit mengurangi konsentrasi kepadatan wisata di sekitar lokasi air terjun. Ya, objek wisata air terjun Cobanrondo ini memang sejak dulu merupakan salah satu tujuan wisata di kabupaten Malang, bersaing erat dengan objek wisata lain semacam Songgoriti, Sengkaling, Selorejo, Selekta dan Cangar. Dan nampaknya pemda setempat memang berusaha untuk menjadikannya sebagai salah satu sumber pemasukan pendapatan daerah melalui pembenahan-pembenahan yang telah dilakukan.

Air terjun Cobanrondo memiliki ketinggian 84 meter, berada pada ketinggian 1135 meter dari permukaan air laut, tepatnya didesa Pandesari Kecamatan Pujon, kabupaten malang. Air yang mengalir berasal dari sumber mata air Cemoro Dudo. Objek wisata ini pertamakali dibangun pada tahun 1980 dan merupakan bagian dari wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), Perum Perhutani Malang. Dari data statistik yang ada, air terjun Cobanrondo memiliki debit air 150 liter/detik, sedangkan pada musim kemarau hanya 90 liter/detik. Selain untuk tujuan wisata, air terjun Cobanrondo juga digunakan untuk pengelolaan air minum melalui PDAM untuk masayrakat Kecamatan Pujon.

Air terjun Cobanrondo memiliki kolam penampungan air yang dangkal, dengan ketinggian yang tidak lebih tinggi dari betis orang dewasa, praktis tidak dimungkinkan bagi pengunjung untuk berenang di dalamnya. Namun dengan dangkalnya kolam penampungan air ini nampaknya mampu menarik minat pengunjung terutama anak-anak kecil untuk bermain-main air tanpa takut tenggelam. Bahkan beberapa anak kecil nampak berbaring atau tidur-tiduran di kolam penampungan air terjun tersebut sambil menikmati kesegaran airnya.


Di akhir minggu terlebih dihari libur besar semacam lebaran dan tahun baru, kawasan ini memang banyak dipadati oleh pengunjung yang datang dari berbagai tempat dan tak jarang berasal dari luar kota. Sebagian besar pengunjung yang datang didominasi oleh kaum remaja. Mereka menghabiskan waktu ditempat ini dengan duduk-duduk disekitar air terjun, bermain air dibawah limpahan air terjun atau dibagian sungainya. Terkadang juga banyak ditemui duduk bergerombol disalah satu sisi bukit yang menampilkan panorama kota Malang dari ketinggian sambil menikmati jagung bakar. Bagi pengunjung yang ingin berkemah, juga telah disediakan area tersendiri yang berada di lokasi hutan pinus, tak jauh dari loaksi air terjun. Dengan demikian boleh dibilang objek wisata air terjun Cobanrondo, merupakan objek wisata yang telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap bagi pengunjung untuk dinikmati bersama teman maupun keluarga, secara perorangan maupun berkelompok.

Legenda

Asal-usul Cobanrondo berasal dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita yang bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi menikah dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Setelah usai pernikahan mencapai 36 hari (selapan) Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Namun orangtua Dewi Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena baru selapan. Namun keduanya bersikeras pergi berangkat dengan segala resiko apapun yang akan terjadi diperjalanan.

Ketika dalam perjalanan, keduanya dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono yang tidak jelas asl usulnya. Tampaknya Joko Lelolono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Perkelahian tidak dapat dihindarkan, kepada punokawan yang menyertainya Raden baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan diseuatu tempat yang ada Cobannya (air terjun). Perkelahian berlangsung dan akhirnya sama-sama gugur, dengan demikian akhirnya Dewi Anjarwati menjadi janda (Jawa, Rondo = Janda).
Sejak saat itulah, Coban tempat tinggal Anjarwati menanti suaminya dikenal sebagai Coban Rondo. Konon batu besar yang berada dibawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri.

Keindahan Taman Nasional Baluran

http://www.denieksukarya.com/photo_library/photo1846_09_dgs-wild%20buffalo,%20baluran%20national%20park,%20east%20java.jpg

http://www.rian-aditya.com/wp-content/uploads/2009/02/baluran.jpg

http://jesuskarto.files.wordpress.com/2008/06/baluran.jpg

http://fandyaje.files.wordpress.com/2009/04/gunung_baluran.jpg

http://www.balurannationalpark.web.id/image/and%20welcome%20to%20baluran.jpg

http://www.eastjava.com/tourism/situbondo/galleries/baluran/image/baluran01.jpg

http://www.kabarindonesia.com/gbrberita/20080810102544.jpg

http://www.rosasecolodge.com/articles/article071201_pic1.jpg

Taman Nasional Baluran dapat dicapai dari Surabaya, dengan menyusur pantai utara jawa timur kearah timur, meliwati kota: Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan setelah Banyuputih, menuju keselatan (jangan terus ketimur kedesa Bilik) dan sebelum desa Wongsorejo, pada belok kekiri menuju Visitor Center. Pengunjung harus membayar biaya masuk sebesar Rp 6.000.- per mobil dan Rp 2.500.- per orang. Ada dua tempat penginapan (guest house) di-Bekol dan dibagian pantai di-Bama.

Jalan menuju lokasi Bekol kecil dan beraspal tipis tetapi masih layak untuk mobil sedan, sebaiknya SUV atau Kijang. Masalah utama yang klasik dinegara kita ini, sebagaimana yang sering kita rasakan adalah kita bisa membangun tetapi kurang trampil dalam memelihara apa yang telah dibangun. Menurut keterangan pengawas hutan, banyak sekali naturalist (atau enthusiast naturalist), birds watcher dari manca negara, bahkan researchers yang datang kesana, jadi taman nasional ini boleh dibilang sudah mendunia namanya, sebaiknya sarana dan prasarananya ditata dengan baik pula. Pantai Baha juga konon merupakan pantai yang baik untuk surfing, tetapi fasilitasnya yang membuat orang enggan datang kesana, karena sangat tidak memadai.


Di-Bama fasilitasnya cukup memprihatinkan kalau tidak mau dikatakan menyedihkan, sebaiknya kalau mau menginap di-Bekol saja. Disitu ada guest house dengan 2 kamar dengan fasilitas yang sangat "basic", dengan harga Rp 35.000.- per kepala, dilengkapi dengan toliet jongkok dan bak mandi (gebyar-gebyur) dan kamarnya dijamin bocor kalau hujan dan kita disibukkan untuk mengatur ulang letak tempat tidur supaya tidak kebasahan. Ruang tamu ternyata lebih bebas dari bocor, sehingga tidur disofa panjang lebih tidak dipusingkan oleh bocornya air hujan. Kompor gas bisa disewa dan sebaiknya membawa makanan sendiri karena tidak ada fasilitas untuk makan, disamping jangan lupa membawa baik penyemprot nyamuk maupun cream anti nyamuk. Para pengawas sangat ramah-ramah dan bersedia mengantar kita kemanapun kita mau, dengan catatan fisik cukup memadai.


Kondisi udara yang steamy dengan kadar humidity sekitar 95 persen, menyebabkan keringat bercucuran tak henti-henti, seperti kehujanan. Karena musin penghujan, maka tetumbuhan dan air sangat berlimpah-ruah, sehingga para penghuni taman seperti Banteng dan Kerbau Liar memilih masuk kepedalaman taman dari pada bertatap muka dengan para pengunjung. Beberapa kelompok Rusa, Merak, Ayam Hutan dan beburungan lainnya bisa dinikmati. Pagi jam 5 menuju obversation tower/penara pengawas dan indahnya minta ampun sehingga sejenak kita melupakan hal-hal yang mendasar dan bocor-bocor di guest house. Keterangan yang diberikan oleh para pengawas hutan, predator utama ditaman nasional itu adalah Anjing Hutan (Ajak) yang bertanggung jawab atas menurunnya populasi baik Banteng, Kerbau Liar maupun Rusa.
http://www.eastjava.com/tourism/ngawi/galleries/trinil/image/trinil-museum-02.jpg

http://www.givangkara.com/wp-content/uploads/2009/02/pe-trinil.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJQXzGqpWKJbwbimDkm6cY3RymNPHYgtf6V9AWdP2JXsu_g3nJWNnno0wp3-3iYTvp2zwyt5nevERcoWGZANXZwEJRfT2xGSlVwXj3W-2Azuh79hdLU706X9fnm44TtcF5FK9wmtmG2h4/s320/DSC00772.JPG

Situs Museum Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu. Situs Trinil ini amat penting sebab di situs ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.

Museum Trinil terletak di Jalan Raya Solo – Surabaya, Pedukuhan Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi, dan untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Sayang sekali di jalan arteri yang bisa menjadi petunjuk utama, tidak ada satupun patokan yang bisa mengarahkan kita ke Museum tersebut. Kalau bertanya sama seseorang hanya dijawab, “ Pokoknya belok ke gang yang ada gapura hitamnya,”. Akhirnya setelah bertanya selama dua kali, sampailah kami di lokasi museum.

Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat setelah masuk ke dalam 1 km dari jalan raya utama, kemudian kami melapor ke pos penjaga untuk membayar tiket masuk. Memang luar biasa murah kalau boleh dikatakan, bayangkan untuk melihat peradaban jutaan tahun yang lalu hanya dikenakan biaya masuk seribu rupiah per orang. Ketika masuk ke lokasi parkir, kesan pertama yang timbul adalah bahwa museum ini kurang optimal perawatannya, terutama dalam hal fasilitas dan kebersihan.

Masuk ke dalam museum kami mendapati ruangan yang dipenuhi dengan tulang-tulang manusia purba. Diantaranya adalah : fosil tengkorak manusia purba ( Phitecantropus Erectus Cranium Karang Tengah Ngawi ), fosil tengkorak manusia purba (Pithecantropus Erectus Cranium Trinil Area), fosil tulng rahang bawah macan (Felis Tigris Mandi Bula Trinil Area), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar Trinil Area), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus Erectus Femur Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area), fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area) dan fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area).

Disamping itu masih ada beberapa fosil tengkorak : Australopithecus Afrinacus Cranium Taung Bostwana Afrika Selatan, Homo Neanderthalensis Cranium Neander Dusseldorf Jerman dan Homo Sapiens Cranium. Selain fosil-fosil tengkorak yang tersebut hal yang menarik lainnya adalah, adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba. Dulu tak banyak orang tahu akan makna tugu itu, bahkan kemungkinan besar bisa rusak kalau tidak dpelihara oleh seorang sukarelawan.


Wirodihardjo atau Wiro balung alias Sapari dari Kelurahan Kawu adalah seorang sukarelawan yang menyadari bahwa tugu itu mempunyai makna yang besar dan sangat berguna bagi penelitian selanjutnya. Wajar ia berpendapat begitu, karena ia telah menyaksikan ekspedisi atau penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan setelah penggalian yang dilakukan E.Dubois dan Salenka. Orang asing atau mahasiswa datang silih berganti untuk melakukan ekspedisi yang tentunya dengan biaya yang mahal. Oleh karena itu, sebagai putra daerah tersebut, ia merasa ikut bertanggungjawab atas kelestarian tempat itu.

Kehadiran Wirodiharjo di Trinil sangat berarti, karena beliau menjadi tempat untuk bertanya para pengunjung tentang fosil di Trinil. Walaupun tempat tersebut terkenal sebagai daerah fosil, namun kenyataan waktu itu tidak satupun fosil yang ada di Trinil. Untuk itulah ia mengumpulkan setiap fosil yang ditemukan di sungai Bengawan Solo. Selain itu Pak Wiro juga mendapat laporan dari penduduk sekitar bahwa mereka menemukan fosil. Dari hari ke hari fosil yang dikumpulkan dari tiga desa ; sebelah barat Desa Kawu, sebelah utara Desa Gemarang dan sebelah timur Desa Ngancar bertambah banyak, atas tinjauan Kepala Seksi Kebudayaan Depdikbud Ngawi waktu itu ( Pak Mukiyo ) ia mendapat bantuan tiga buah almari untuk menyimpan fosil-fosil tersebut. Sejak saat itulah Pak Wirodiharjo terkenal dengan sebutan Wiro Balung yang berarti Pak Wiro yang suka mengumpulkan balung-balung ( tulang ).

Dan selanjutnya pada tahun 1980/1981 Pemerintah daerah setempat mendirikan museum untuk menampung fosil-fosil tersebut yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Jatim “Soelarso” pada tanggal 20 Nopember 1991. Namun sayang Wiro Balung sudah tiada sejak 1 April 1990 dan keahlian beliau diteruskan oleh anaknya Mas Sujono ( 37 ) yang sekarang menjad juru kunci Museum Trinil. Selain dari diorama yang ada, Mas Sujono juga banyak memberikan keterangan tambahan kepada kami.

Diantara tambahan keterangan Mas Sujono yang sangat penting adalah,”Bahwasannya Trinil merupakan daerah padang savanna pada masa lampau. Kenapa ? karena adanya manusia, banteng, gajah dan hewan-hewan yang lain yang tumbuh di satu area. Hal ini cukup menunjukkan kalau dulu daerah ini adalah savanna. Namun kemudian setelah adanya letusan Gunung Lawu yang berturut-turut hancurlah peradaban yang ada di Trinil dan sekitarnya,” kata Mas Sujono dengan mimik serius. Dengan melihat Museum Trinil suatu kearifan dapat kita tarik dari berbagai temuan para ilmuwan tentang manusia purba. Adalah suatu kenyataan bahwa dibalik keanekaragaman wujud kehidupan kita dewasa ini, sesungguhnya ada kesamaan asal-usul kita seluruhnya sebagai manusia.

Garuda Wisnu Kencana

http://www.indonesialogue.com/files/2007/09/garuda-wisnu.jpg

http://raditzhu.files.wordpress.com/2009/04/gwk-4.jpg

Garuda Wisnu Kencana, nampaknya merupakan mega proyek terbesar di Bali yang sedang dibangun. Betapa tidak, rencana pembangunan patung setinggi 146 meter dengan lebar bentangan sayap garuda sebesar 66 meter itu diperkirakan memiliki berat 4000 tons. Dibuat dengan menggunakan bahan berupa campuran tembaga dan kuningan yang pada bagian tertentu akan dilapisi dengan mozaik emas. Saat ini sebagian dari patung tersebut sudah bisa dilihat di lokasi dalam bentuk patung separuh badan dari dewa Wisnu dan bagian kepala burung garuda.

Sewaktu saya berkunjung kelokasi ini, sempat terperangah juga melihat ukuran kepala burung garuda yang benar-benar raksasa. Sulit membayangkan bentuk burung garuda ini nantinya secara keseluruhan, yang pasti akan sangat besar sekali. Ukuran tubuh manusia dewasa aja, nampaknya masih kalah besar/tinggi dibandingkan ukuran kuping dari burung garuda ini. Agak aneh memang melihat burung yang mempunyai telinga, namun semua adalah memungkinkan didunia pewayangan


Disekitar lokasi, nampak jelas bebatuan cadas/karang di potong secara vertikal membentuk dinding-dinding tribun dengan hamparan rumput hijau pada bagian dasarnya. Bagian tengah sebuah jalan terbuat dari conblock (?) membelah lapangan rumput dari bagian paling belakang hingga kedepan patung garuda. Dari luas yang ada nampak sekali bahwa area ini akan sanggup menampung puluhan ribu pengunjung, sangat cocok digunakan sebagai tempat pertunjukan sentra budaya berskala internasional.

Pembangunan patung berupa Dewa Wisnu (Dewa penyelamat bagi umat Hindu) yang sedang mengendarai burung mitos, Garuda, terinspirasi dari kisah Adi Parwa dalam episode Garuda dengan kesetiaan dan pengorbanannya menyelamatkan ibunya dari belenggu perbudakan dengan mengabdi kepada Dewa Wisnu menjadi kendaraannya. Kisah mengenai legenda ini terpahat jelas di sisi-sisi Candi Kidal yang berada di kabupaten Malang.


Patung Garuda Wisnu Kencana diharapkan akan merangsang dinamika nilai phisik dan spiritual, serta keseimbangan antara skala dan niskala (dunia nyata dan tidak nyata) dengan demikian harmonisasi alam dapat tercipta. Patung Garuda Wisnu Kencana adalah symbol misi penyelamatan lingkungan dan penyelamatan dunia.

Sayang sekali patung karya seniman bali bernama Nyoman Nuarta ini dalam tahap pembangunannya sudah meleset dari target yang dietetapkan. Rencana awal seluruh bagian patung ini akan selesai pada tahun 2005, namun hingga artikel ini dibuat tanda-tanda akan selesainya mega proyek ini masih jauh dari harapan. Kesulitan dana mungkin menjadi hambatan utama untuk meneruskan mega proyek berskala internasional ini. Ya,.. dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya tentu tidaklah kecil, sementara bangsa ini sendiri masih membutuhkan dana yang cukup besar pula untuk membangun negeri tercinta ini.

Museum sang maestro Affandi

beberapa lukisan karya Affandi :



Museum yang berlokasi ditepi barat sungai Gajah Wong di Jalan Solo ini dulunya juga merupakan tempat tinggal sang maestro pelukis Indonesia Affandi. Memperingati 100 tahun Affandi di 2007 ini, museum ini tidak hanya memamerkan lukisan Affandi melainkan juga lukisan putri-nya Kartika dan Rukmini. Menurut salah seorang pemandu masih ada sekitar 300-an karya Affandi yang masih disimpan (belum dipamerkan).

Tiket masuknya seharga Rp 10.000,- dan apabila kita membawa kamera maka biaya sebesar Rp 10.000.- akan dikenakan lagi kepada kita, namun kita diberi kebebasan untuk memotret seluruh bagian galeri termasuk koleksi lukisan yang dipamerkan !

Bertempat di atas tanah seluas kurang lebih 3.500m2 arsitektur museum ini menunjukkan kebersahajaan sang maestro. Bentuk atap bangunan galeri semuanya menyerupai pelepah daun pisang dan seluruhnya dirancang oleh sang maestro sendiri. Pembangunannya dilakukan secara bertahap, total terdapat 3 galeri pamer, rumah tinggal dan ruang keluarga berbentuk gerobak sapi yang dibuat Affandi atas permintaan istrinya Maryati ketika dirinya sudah beranjak tua dan tak mampu lagi menaiki tangga menuju rumah utama. Awalnya Maryati meminta Affandi untuk membuatkan dirinya sebuah caravan dengan alasan caravan bisa dibawa kemana saja dan oleh Affandi diwujudkan dalam bentuk gerobak sapi.


Galeri I selesai dibangun pada tahun 1962 diatas tanah seluas 314.6m2 yang diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan pada waktu itu Prof. Ida Bagus Mantra pada tahun 1974. Dalam galeri ini kita bisa menikmati karya lukisan Affandi dari awal-awal karir melukis hingga yang tahun-tahun terakhir masa hidupnya berupa sketsa, lukisan cat air, pastel serta cat minyak diatas kanvas. Mobil kesayangan Affandi semasa hidup yaitu Colt Gallant buatan tahun 1976 juga turut dipamerkan di Galeri I ini. Uniknya mobil itu sudah di-modifikasi sehingga memiliki bentuk menyerupai ikan. Selain itu ada beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri seperti Penghargaan Doctor Honoris Causa dari National University of Singapore di tahun 1974. Koleksi perangko seri Affandi yang pernah diterbitkan bahkan sepeda Affandi turut dipamerkan disini.

Dalam Galeri II (yang selesai dibangun pada tahun 1988 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu Prof. Dr. Fuad Hassan) akan banyak ditemukan lukisan karya Kartika yang dipamerkan untuk dijual, menurut pemandu hal ini dalam rangka memperingati 100th Affandi di 2007. Kalau anda bertanya-tanya mengapa Affandi memilih gaya melukis seperti sekarang dengan mempelotot-kan (mengeluarkan sebagian isi cat langsung dari tube-nya) langsung cat tanpa menggunakan palet untuk mencampur warna, maka anda bisa menemukan jawabannya di Galeri II ini melalui sketsa “Gambar Sendiri” dimana Affandi menulis:

“Tjat tube saja gariskan sekaligus di canvas, tapi kemudian disapu dengan tangan atau penseal. Ini tjara saja temukan dan gunakan untuk memudahkan dan mempertjepat pekerdjaan. Bukan oleh karena tjepat, tetapi supaja mengalirnja emosi djangan diganggu. Kalau saja pakai palet, dus mentjampur warna di palet, itu waktu mengganggu mengalirnja expresi, dan memberikan kesempatan menggunakan otak” .


Galeri III dipergunakan sebagai ruang pamer karya lukis putrinya, Kartika dan Rukmini serta beberapa sulaman karya sang istri, Maryati. Galeri ini selesai dibangun pada tahun 1997 dan diresmikan oleh Sri Sultan HB X. Galeri ini terdiri dari 3 lantai bangunan dimana dilantai bawah tanah dipergunakan sebagai tempat menyimpan lukisan, lantai 1 untuk ruang pameran, lantai 2 dipergunakan sebagai ruang perbaikan/perawatan lukisan.

Rumah Affandi sendiri masih berada dikompleks museum dan ruang pamer. Atap bangunannya masih berbentuk pelepah daun pisang. Kolam renang kecil yang terletak dibagian bawah dulunya menjadi tempat berkumpulnya para cucu Affandi. Kolam ini sempat dibuka untuk umum tetapi ketika saya datang kolam sedang ditutup.

Didalam kompleks museum juga kita akan menemukan makam Affandi bersebelahan dengan makam istrinya, Maryati. Affandi wafat pada tanggal 23 May 1990 dan memilih tempat diantara Galeri I dan II sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir dikelilingi oleh karya-karyanya.

Melihat kompleks museum Affandi secara keseluruhan seperti mengingatkan saya akan sosok Affandi sebagai pelukis yang sangat sederhana dan bersahaja. Semasa hidup Affandi sering mengenakan sarung dan kaus singlet putih yang kadang sudah sobek disana-sini sambil menghisap pipa kesayangannya. Tak jarang dengan pakaian seadanya itu ia berjalan kaki menemui penjual angkringan dan nongkrong bersama sehingga tidak ada yang menduga bahwa dia adalah sosok pelukis kenamaan yang mempunyai reputasi tingkat dunia.


Gaya melukis dengan cat warna langsung di-pelotot-kan diatas kanvas adalah ciri khas Affandi. Saya masih ingat dalam salah satu tayangan di TV --lebih dari satu dekade lalu-- menunjukkan sosok renta Affandi yang harus dituntun untuk sampai ke kanvas-nya, disana sudah menanti asisten pribadi yang sudah menyiapkan puluhan cat dalam keadaan sudah dipelototkan sehingga siap untuk digunakan oleh sang maestro. Tak lama adegan yang dinanti terjadi, pertarungan dua ayam jantan. Saat itu tangan tua Affandi bekerja dengan cepat seiring dengan terjadinya pertarungan ayam. Tube cat digoreskan keatas kanvas bergantian satu sama lain dengan cepat. Tidak ada palet untuk mencampur warna, tidak ada kuas yang dipergunakan untuk menorehkan cat. Hasilnya adalah lukisan berjudul “Cock Fighting” yang dibuat pada tahun 1976. Luar biasa !!!.

Affandi juga salah satu dari sedikit pelukis Indonesia yang karya-karyanya masih diburu para kolektor baik dalam maupun luar negeri dan harganya terus meninggi. Karya-karyanya pernah masuk ke Balai Lelang Christie’s dan Sotheby’s, tak heran ada orang yang bilang “Jangan percaya kalau ada orang menjual karya Affandi dengan harga dibawah Rp 300 juta.”




Gunung + Kawah Rinjani Lombok

Berikut beberapa panorama yang bisa kita nikmati di gunung Rinjani ini, ini salah satu keindahan dari Pulau Lombok.


Gambaran Umum
Rinjani 3,726 mdpl memiliki panaroma yg paling bagus diantara gunung2 di Indonesia. Salah satu tempatJustify Full tujuan wisata adventure favorite dari seluruh dunia. Keunikan lain dari Rinjani adalah kemampuan Porter-nya; mereka bukan hanya tahan membawa logistik berat tetapi sekaligus koki yg handal dan guide yg menarik.

Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari Penduduk lokal, mahasiswa, pencinta alam. Temperature udara rata2 sekitar 20oC; terendah 12 oC. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga summit attack bisa dilakukan kapan saja.


Selain puncak, tempat yg sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2,000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua point entry terdekat di ketinggian 500 mdpl dan 1,200 mdpl). Kebanyakan pendaki menyukai start entry dari arah Sembalun, krn bisa menghemat 700m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas krn melalui padang savana yg terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). Sunblok krem sangat dianjurkan.

Sedangkan dari arah Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut krn melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 9 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2,700 mdpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun kearah luar sangat bagus.

Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2,000 mdpl) yg bisa ditempuh dlm 2 jam. Di danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yg banyak sekali. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di kolam air panas dan mancing.

Utk mencapai puncak (dari arah Danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1,000m yg ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, camp terakhir utk menunggu pagi hari. Summit attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari utk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani.


Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; krn meniti di bibir kawah dgn margin safety yg pas2an (no point for error please). Medan pasir, batu, tanah. Duaratus meter terakhir harus ditempuh dgn susah payah, krn satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil). Buat highlander - ini tempat yg paling menantang dan disukai krn beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yg indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Utk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina, kesabaran dan kemauan.

Keseluruhan perjalanan dpt dicapai dlm program 3 hari dua malam, atau kalau mau lihat dua objek lain: gua susu dan gunung baru jaro (kawah baru ditengah danau) perlu tambahan waktu 2 hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan. tetapi untungnya segala sesuatu bisa diperoleh di desa terdekat. tenda, sleeping bag, peralatan makan, bahan makanan dan apa saja yg diperlukan (termasuk radio komunikasi) bisa disewa dari homestay2 yg menjamur di desa Senaru.

Yang unik lainnya dari Rinjani, disana ada cukup banyak toilet. Bentuknya kotak besi warna hijau. Diatasnya ada penampung air hujan. Juga ada yg pake tangki fibre glass. Tapi sayang nggak ada airnya. Tapi don't worry, alam akan mengajarkan kita how to back to nature.

Cerita ttg pemandangan, rasanya kita nggak akan kehabisan momen pengambilan gambar. Pagi dan sore saat yg paling indah utk difoto, Rinjani dgn kontour tiga dimensinya yg ektrim menyediakan begitu banyak sudut indah. Awan, kabut, pohon2 tunggal ditengah savana, monyet2 yg expresif, porter2 in action, wajah gembira mahasiswa ketika mendptkan karper besar, perjuangan menggapai puncak rinjani - menyediakan banyak momen bagus utk difoto.

Perjalanan Jakarta-Lombok
Jika waktu kita pendek sekali, Lombok masih dpt dicapai dlm liburan sabtu-minggu. Sekarang ini banyak penerbangan JKT Lombok (via SBY), dgn tarif sekitar 350rb-an sekali jalan; mungkin bisa lebih rendah tergantung sisa seat (booking lebih awal).


Kalau menggunakan Lion penerbangan sore, kita bisa berangkat sesudah pulang kerja di Juma't petang, tiba di Mataram sekitar jam 22:00. Langsung ambil taksi airport menuju Sembalun Lawang (200rb) yg ditempuh dlm 2.5 jam perjalanan atau ke Senaru (175rb). Di Senaru banyak homestay bersih dan bagus dgn tarip 30~50 rb-an. Atau di Sembalun Lawang spt. Homestay Lembah Rinjani dan Nauli (dua2nya bagus), dgn pemandangan spektakular menghadap Rinjani. Tarif 100rb-an.

Sabtu pagi bisa langsung naik lewat Senaru ke Plawangan Senaru dan turun ke danau. Tiba sore hari. Bisa bermalam di Plawangan saja (pemandangan sangat bagus) turun ke danau pagi hari atau turun ke Danau langsung bermalam disini). Minggu paginya ada cukup waktu utk menikmati air panas, mancing atau berleha-leha. Jam 11:00 kembali dgn rute yg sama (Senaru). Tiba hampir magrib, langsung transfer ke Airport Selaparang dgn penerbangan terakhir (Citylink atau Lion). Senin pagi sudah masuk kerja - tentu dgn sedikit kaki pegel2. Jika sambung ke puncak, butuh satu hari lagi day off, yg ini barangkali bisa dipertimbangkan saat harpitnas atau cuti liburan.

Enjoy Your Vacation ^_^